Breaking News

Menguak Pulau Endemis Malaria

Aneh! Nyamuk Tak Nampak Tapi Kalau Digigit Mata Kuning dan Perut Buncit Lalu Mingggal Dunia

Diakui Hasbi, secara umum Matasirih menjadi daerah endemis malaria sejak puluhan tahun atau pada 1960an

Penulis: Herliansyah | Editor: Didik Triomarsidi
travelingyuk.com
Pulau Matasirih 

BANJARMASINPOST.CO.ID, KOTABARU - Muhammad Hasbi, warga Pulau Marabatuan, Kecamatan Pulau Sembilan Kotabaru mengakui, Pulau Matasirih endemis daerah malaria.

Diakui Hasbi, secara umum Matasirih menjadi daerah endemis malaria sejak puluhan tahun atau pada 1960an silam dimungkinkan karena faktor geografis daerah tersebut.

"Gambaran secara umum mungkin karena matahari kurang nampak saat pada jam-jam pagi. Di atas dari pukul 09.00 Wita baru matahari itu ada," katanya.

Baca: Pulau Mirip Pocong, Aura Mistis Pun Kadang Merebak di Pulau Matasirih

Selain matahari tidak tampak di pagi hari, Hasbi juga memungkinkan Matasirih endemis malaria lantaran gografis daerah itu yang masih banyak terdapat hutan.

"Tapi juga ada istilah mitos oleh warga. Nyamuknya tidak kelihatan penyakitnya ada. Memang pernah ada dari organisasi mana gitu melakukan penelitian, ya secara kesehatannya memang malaria karena nyamuk," ucapnya.

Baca: Wow! Mataharinya Baru Muncul Pukul 09.00 Wita di Matasirih, Malaria Juga Diteliti Orang Asing

Hanya saja, pada sekarang ini malaria yang menyerang tidak seganas puluhan tahun silam. Karena tingginya aktivitas warga yang keluar masuk di daerah itu.

"Dulu kalau terkena malaria, cirinya mata kuning, perut buncit. Sekarang biasa-biasa saja. Hanya yang menandakan mata dan kulit \tubuh yang kuning," jelasnya.

Berdasarkan data dinas kesehatan (Dinkes) Kotabaru, Pulau Matasirih berada di zona merah sebagai endemis daerah malaria.

Baca: Kapten FC Barcelona Berharap Tak Bertemu dengan 2 Tim Ini di Perempat Final Liga Champion

Pelaksana tugas (Plt) Kadinkes Kotabaru Hajjah Erawati mengatakan, Pada 2005 sempat tercatat sebanyak 11 penderita dan satu orang pendatang dari pulau Jawa meninggal.

 Tahun 2016 jumlah penderita 39 orang, sedangkan tahun 2017 penderita berjumlah 22 orang dan satu orang meninggal.

(BANJARMASINPOST.co.id/helriansyah)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved