Yayasan Adaro Bangun Negeri

Lestarikan Budaya Melalui Kain Sasirangan, Warga Desa Liyu Membuatnya Pakai Pewarna Alam

Penduduk Desa Liyu, Gunung Riut merupakan masyarakat asli Dayak yang bermukim di kaki bukit Bedjalitn Jaya sejak ratusan tahun

Penulis: Dony Usman | Editor: Didik Triomarsidi
Istimewa
Anak perempuan juga ikut dalam tahapan proses pembuatan kain sasirangan 

BANJARMASINPOST.CO.ID, TANJUNG - Kendati jarak dan namanya masih jarang terdengar oleh masyarakat Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, namun Desa Liyu punya nilai dan budaya yang tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakatnya.

Penduduk Desa Liyu, Gunung Riut merupakan masyarakat asli Dayak yang bermukim di kaki bukit Bedjalitn Jaya sejak ratusan tahun silam.

“Gunung Bedjalitn Jaya merupakan tempat bersemayamnya Panglima Merak yang merupakan salah seorang panglima besar kerajaan dayak dimasa silam, "ungkap Juhri Atak salah seorang tetua adat.

Sekejap saja, pemandangan Desa Liyu memang bisa dibilang masih perawan, flora dan fauna yang ada terbilang masih beragam, bila beruntung kita masih bisa menemui burung enggang terbang di atas langit desa tersebut.

Seorang peremuan menjelujur kain untuk dibikin kain sasirangan
Seorang peremuan menjelujur kain untuk dibikin kain sasirangan (Istimewa)

Kesenian dan budaya masyarakat Desa Liyu meski masih terjaga akan lebih baik bila keberadaanya terus dilestarikan.

Seni ukir dan budaya sedikit demi sedikit berkurang pelakunya, sehingga memunculkan ke khawatiran akan hilangnya kebudayaan dan hasil karya masyarakat Dayak Deah Desa Liyu.

Nilai budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat begitu besar nilainya, akan tetapi seiring perkembangan zaman upaya pelstariannyapun mulai luntur, yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun faktor internal masyarakat itu sendiri.

Ibu-ibu antusias saat belajar proses mewarnai kain sasirangan
Ibu-ibu antusias saat belajar proses mewarnai kain sasirangan (Istimewa)

Kelestarian budaya tidak dapat berdiri sendiri, karena itu harus dikembangkan juga.

Melestarikan suatu kebudayaan dapat dilakukan dengan cara mendalami atau paling tidak mengetahui tentang budaya itu sendiri.

Agar nilai budaya itu terus lestari, salah satunya dengan mengembangkan seni budaya tersebut disertai dengan keadaaan yang kita alami sekarang ini atau dengan cara kekinian, yang bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai budayanya.

Melalui bidang Sosial Budayanya Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) sejak tahun 2015 telah melakukan pendampingan untuk merevitalisasi nilai budaya dan kesenian yang ada di desa tersebut.

Pendokumentasian tradisi lisan kedalam sebuah buku menjadi hal pertama yang dilakukan oleh YABN dalam melestarikan nilai budaya masyarakat Dayak Deah Desa Liyu.

Peserta dikenalkan dengan bahan-bahan pewarna alami yang banyak terdapat di sekitar lingkungan masyarakat.
Peserta dikenalkan dengan bahan-bahan pewarna alami yang banyak terdapat di sekitar lingkungan masyarakat. (Istimewa)

Di tahun-tahun selanjutnya YABN konsen kepada pendampingan pengembangan sosio ekonomi yang dimiliki masyarakat Desa Liyu, sejumlah pelatihan dilakukan untuk menjaga kelestarian budaya sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pelatihan mengukir dan pembentukan sekolah adat di desa tersebut.

Kekayaan budaya dan alam yang dimiliki desa Liyu di Tahun 2018 kembali dilestarikan dengan melakukan pendampingan kepada masyarakat Dayak Deah Desa Liyu.

Seni dan budaya masyarakat diabadikan melalui pelatihan pembuatan kain sasirangan. Dengan menerapkan corak dan warna khas dari masyarakat Dayak Deah Liyu.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved