Gempa Lombok, Donggala & Palu Bagian Peringatan Kiamat? Simak Penjelasan dari Bimas Kemenag

kiamat menjadi satu hal yang pasti akan terjadi dalam kehidupan seluruh makhluk di alam semesta ini.

Editor: Murhan
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Gempa bermagnitudo 7,4 mengakibatkan ribuan bangunan rusak dan sedikitnya 420 orang meninggal dunia. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Gempa yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia seperti Lombok, Donggala hingga Palu disebut sebagai satu peringatan datangnya kiamat.

Dalam kepercayaan umat Islam, kiamat menjadi satu hal yang pasti akan terjadi dalam kehidupan seluruh makhluk di alam semesta ini.

Termasuk beberapa di antaranya seperti yang telah dan sedang terjadi, gempa yang menimpa di Lombok, Donggala dan Palu.

Ucup Fathudin Almaarif (36), Pelaksana Bimas Islam Kemenag Kota Bandung, menjelaskan ada dua kategori peringatan datangnya kiamat.

Baca: Gunung Soputan di Sulawesi Utara Meletus, Keluarkan Abu Vulkanik 4000 Meter, Ini Kata BNPB

Baca: Keterangan Resmi BMKG Soal Ramalan Gempa Jakarta 8,9 SR Disertai Tsunami Setinggi 5 Meter yang Viral

Baca: 45 Orang Diduga Pelaku Penjarah Minimarket Pasca Gempa Donggala Ditangkap, Ini Daftar Barang Dijarah

Dalam definisi yang umum diketahui umat Islam, dua kategori kiamat tersebut yaitu kiamat Sugro (kecil) dan kiamat Kubro (besar).

Kiamat Sugro adalah semua ihwal bencana yang dialami oleh semua manusia.

"Semua bencana yang dialami oleh manusia, hal-hal yang makruh artinya hal-hal yang tidak disukai itu kiamat, dalam kategori kiamat sugro," ujar Ucup Fathudin Almaarif, saat ditemui Tribun Jabar di Kantor Kemenag Kota Bandung, Senin (1/10/2018).

Adapun kiamat Kubro adalah berakhirnya seluruh kehidupan yang mau tidak mau itu pasti terjadi.

Menurut Ucup, satu di antara tanda yang disampaikan Rasulullah dalam hadis diriwayatkan HR. Muslim dijelaskan, tidak akan terjadi kiamat besar sampai bumi itu dimana-mana terjadi "Zilzal".

Zilzal berarti kegoncangan, yang juga terdapat dalam Alquran surat Al Zalzalah yang berisi 8 ayat, satu di antara penggalan ayatnya menyebutkan:

إِذَا زُلۡزِلَتِ ٱلۡأَرۡضُ زِلۡزَالَهَا

Idzaa zulzilatil ardhu zilzaalahaa, artinya “Apabila bumi digoncangkan hingga gempar (goncangan yang dahsyat),”

Ucup menjelaskan kata digoncangkan banyak bentuknya, semisal gempa bumi terjadi dari gunung meletus, pergerakan lempengan atau sesar bumi, dan sebagainya, hal itu pun merupakan tanda-tanda menjelang kiamat.

Adapun gempa-gempa yang sudah dari dulu terjadi dapat dikatakan hal itu sebagai satu bagian dari indikator informasi yang disampaikan Rasulullah tersebut.

"Maka bentuknya bisa jadi gempa yang sedang dialami oleh sebagian saudara kita merupakan kegoncangan-kegoncangan itu," ujar Ucup.

Kepala Badan Sar Nasional (Basarnas) M. Syaugi meninjau langsung kondisi Hotel Roa-roa di Jl. Patimura, Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang ambruk total akibat di guncang gempa 7,7 SR, Minggu (30/9/2018)
Kepala Badan Sar Nasional (Basarnas) M. Syaugi meninjau langsung kondisi Hotel Roa-roa di Jl. Patimura, Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang ambruk total akibat di guncang gempa 7,7 SR, Minggu (30/9/2018) (NURHADI)
Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved