Melihat Kesenian Banua Hampir Punah
Balamut Perlu Dikolaborasi Tarik Minat Penonton, Digarap dengan Unsur Multimedia
Balamut, sampai saat ini hanya tiga orang yang masih bertahan yakni Gusti Jamhar, Hanafiah dan Mar'i dan itu pun sudah di makan usi
Penulis: Syaiful Anwar | Editor: Didik Triomarsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID - Tak hanya Tarian Bagandut yang hampir punah, begitu juga dengan Balamut. Sampai saat ini hanya tiga orang yang masih bertahan yakni Gusti Jamhar, Hanafiah dan Mar'i dan itu pun sudah di makan usia.
Sampai saat ini, tidak ada generasi muda yang meneruskan kesenian tradisi lisan asli Kalimantan Selatan tersebut. Ini disebabkan Balamut yang ceritanya pakem dan sering memakai properti terbang, mirip dengan Madihin tapi ukurannya lebih besar, sangat menyulitkan anak muda mempelajarinya.
Sebenarnya, Balamut bisa dikolaborasi dengan kesenian supaya berkembang dan tak manonton saat tampil di atas panggung.
"Saya pernah menggarap kesenian Balamut yang katanya cerita pakem dan biasanya menggunakan proferti terbang dan dimainkan satu orang. Saya pun melakukan terobosan, saat pagelaran Balamut dengan menampilkan jumlah pemain sekitar 30-an orang, berkolaborasi dengan pak Jamhar," kata pentolan Sanggar Sesaji Banjarmasin, Rudy Karno.
Baca: Banyak yang Tak Tahu Bagandut, Ternyata Kesenian Ini Hanya Bertahan di Tapin
Baca: Kader PSI Sulsel Ramai-ramai Undur Diri, Penyebabnya Tak Transparan Hingga Larangan Berpoligami
Baca: 6 Fakta Adik Julia Perez, Della Perez yang Senasib Vanessa Angel Diduga Terlibat Prostitusi Online
Diceritakannya, menggarap Lamut Berlakon yang judulnya Bujang Maluwala. "Saya pun menggarapnya dengan unsur multimedia. Diiiringi musik modern dan tradisi disertai tari yang memgisahkan cerita Balamut," jelasnya
Penampilan kesenian Balamut berkolaborasi dengan seni lain berlangsung sukses dan berhasil.
"Berdasarkan pengalaman saya itu,
kesenian tradisi bisa dkembangkan dan maju, asal digarap benar-benar," kata Rudy.
Selain itu, harus bisa mencari bapak angkat atau pemangku kepentingan yang peduli pada nilai-nilai tradisi, sehingga kesenian ini mampu bertahan dan hidup d zaman milinial seperti sekarang ini. (banjarmasin post.co.id/syaiful anwar)