Melihat Kesenian Banua Hampir Punah

Banyak yang Tak Tahu Bagandut, Ternyata Kesenian Ini Hanya Bertahan di Tapin

Tahu kah Anda sama tarian Bagandut? Bila itu ditanyakan sama masyarakat, terutama kawula muda khususnya di Kota Banjarmasin, banyak yang tidak tahu.

Penulis: Syaiful Anwar | Editor: Didik Triomarsidi
Dok Banjarmasin Post
Tari tradisional Banjar, Bagandut. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Tahu kah Anda sama tarian Bagandut? Bila itu ditanyakan sama masyarakat, terutama kawula muda khususnya di Kota Banjarmasin, banyak yang tidak tahu.

Tarian Banua yang mirip Tari Tayub di Jawa dan Ronggeng di Sumatera ini memang sangat jarang di tampilkan diberbagai acara di ibukota Kalsel dan boleh dibilang hampir punah.

Terakhir paggelaran Tari Bagadut oleh Sanggar Perpekindo Banjarmasin dan mahasiswi Sendratasik FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin berlangsung di halaman Taman Budaya Kalsel, 23 Drsember 2014 dan setelah itu tidak ada lagi.

Menurut Kepala UPTD Taman Budaya Provin Kalsel, Suharyanti, Tari Bagandut masih bertahan, cuma berkembang di daerah Tapin.

Baca: Jelang Debat Capres Pilpres 2019 - Sandiaga: Mari Jangan Saling Serang, Gunakan Kesempatan

Baca: Raffi Ahmad Mengira Cuma Mimpi, Rafathar Akhirnya Bertemu Cucu Jokowi Jan Ethes, Lucunya saat Ketemu

Baca: Mantan Suami Maia Estianty, Ahmad Dhani Ajukan Banding, Penerawangan Mbak You, Ayah Dul Bebas Cepat

"Memang Tari Bagandut tidak memasyarakat seperti kesenian lainnya, tapi masih ditampilkan berbagai acara hajatan di daerah Tapin," jelasnya.

Tari Gandut ini pada mulanya hanya dimainkan di lingkungan istana kerajaan, baru pada kurang lebih tahun 1860-an tari ini berkembang ke pelosok kerajaan dan menjadi jenis kesenian yang disukai oleh golongan rakyat biasa. Tari ini dimainkan setiap ada keramaian, misalnya acara malam perkimpoian, hajad, pengumpulan dana kampung dan sebagainya.

Senimam madihin Jhon Tralala dan penonton lainnya ikut menari bersama penari Bagandut yang digelar di Gedung Balairung Sari, Taman Budaya, Kalsel, Selasa (21/12/2014) malam.
Senimam madihin Jhon Tralala dan penonton lainnya ikut menari bersama penari Bagandut yang digelar di Gedung Balairung Sari, Taman Budaya, Kalsel, Selasa (21/12/2014) malam. (banjarmasinpost.co.id/apunk)

Gandut merupakan profesi yang unik dalam masyarakat dan tidak sembarangan wanita mampu menjadi Gandut. Selain syarat harus cantik dan pandai menari, seorang Gandut juga wajib menguasai seni bela diri dan mantera-mantera tertentu. Ilmu tambahan ini sangat penting untuk melindungi dirinya sendiri dari tangan-tangan usil penonton yang tidak sedikit ingin memikatnya memakai ilmu hitam.

Dahulu banyak Gandut yang diperistri oleh para bangsawan dan pejabat pemerintahan, disamping paras cantik mereka juga diyakini memiliki ilmu pemikat hati penonton yang dikehendakinya. Nyai Ratu Komalasari, permaisuri Sultan Adam adalah bekas seorang penari Gandut yang terkenal.

Pada masa kejayaannya, arena tari Gandut sering pula menjadi arena persaingan adu gengsi para lelaki yang ikut menari. Persaingan ini bisa dilihat melalui cara para lelaki tersebut mempertontonkan keahlian menari dan besarnya jumlah uang yang diserahkan kepada para Gandut.

Tarian bagandut di taman budaya Kalimantan Selatan, Selasa (23/12/2014) malam.
Tarian bagandut di taman budaya Kalimantan Selatan, Selasa (23/12/2014) malam. (banjarmasinpost.co.id/syaiful anwar)

Tari Gandut sebagai hiburan terus berkembang di wilayah pertanian di seluruh Kerajaan Banjar, dengan pusatnya di daerah Pandahan, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin.

Tari Gandut sejak tahun 1960-an sudah tidak berkembang lagi. Faktor agama Islam merupakan penyebab utama hilangnya jenis kesenian ini ditambah lagi dengan gempuran jenis kesenian modern lainnya. Sekarang Gandut masih bisa dimainkan tetapi tidak lagi sebagai tarian aslinya hanya sebagai pengingat dalam pelestarian kesenian tradisional. (banjarmasinpost.co.id/syaiful anwar)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved