Berita Banjarmasin
NEWSVIDEO : Diberi Amanah Orangtua Merawat Dan Menjaga Ratusan Benda Pusaka Warisan Keluarga
Memasuki bagian dalam rumah, ada satu ruangan khusus yang disiapkan sebagai tempat benda pusaka.
Penulis: Isti Rohayanti | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Terlihat beridiri kokoh di bantaran Sungai Martapura Jalan Telukkelayan Banjarmasin, Kalsel. Menyajikan warna kream dan perpaduan warna pintu coklat keemasan, begitulan kondisi satu rumah banjar di Banjarmasin yang bakal dijadikan sebagai museum untuk Kota Banjarmasin.
Tak hanya daya tarik fisik rumah tersebut yang membuatnya memenuhi syarat untuk dijadikan museum. Usia rumah dan isinya pun memberikan kesan layak untuk dijadikan wisata mendidik bagi warga Kota Banjarmasin.
Memasuki bagian dalam rumah, ada satu ruangan khusus yang disiapkan sebagai tempat benda pusaka.
Baca: OPPO Manjakan Penyuka Fotografi Mobile dengan Kamera Reno 10x Zoom
Baca: Entry Situng Tuntas, KPU Tapin Gelar Rekapitulasi Hasil Suara Pemilu Awal Pekan ini
Baca: Jelang Barito Putera U-16 vs Arema FC U-16, Kepercayaan Diri Laskar Antasari Meningkat
Baca: Dikembalikan ke Gudang Logistik KPU, Kotak Suara Pemilu di HST Banyak Tak Bersegel
Ada keindahan, keunikan dan daya magis tersendiri dari ruangan tersebut. Terutama bagi orang-orang yang sangat tertarik akan benda pusaka, begitupun budaya dan ceritanya.
Ya, dalam ruangan di bagian rumah banjar itu, pemilik rumah, Sarifuddin Noor, menunjukan koleksi benda pusaka milik keluarganya.
Rata-rata benda pusaka itu merupakan senjata berjenis Mandau, tombak, keris, parang dan lainnya.
Diungkapkannya Sarifuddin Noor, almarhum ayahnya H Basiruddin merupakan pemilik sekaligus pembuat ratusan senjata yang jadi benda pusaka di ruangan tersebut.
Menurutnya Sarifuddin, ayahnya merupakan satu orang yang berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia, terutama Kalimantan Tengah.
Banyaknya benda pusaka di rumah Sarifuddin nampaknya tak lepas dari masalalu. Lelaki itu menerangkan ada kesalahan masalalu yang menurutnya memang harus ditanggung oleh keluarga. Karena kesalahan itulah, kenapa benda pusaka tersebut dijaga dan dirawat oleh keluarga besarnya.
“Jadi dulu abah dan sanak saudaranya itu memang nakal. Dalam artian sering menjual benda-benda tua, atau senjata yang dianggap pusaka. Akhirnya, mungkin karena bisa dikatakan kualat, jadi abah mengganti semua pusaka yang dijualnya. Membuat sendiri, menjaga dan merawatnya,” ujar Sarifuddin.
“Pergantian itu dengan harapan keluarga besar selalu baik-baik saja. Tidak lagi mengalami pesakitan. Selalu sehat terutama fisiknya,” tambah lelaki kelahiran tahun 1972 tersebut.
Sembari memperlihatkan koleksi pusaka kelaurganya, Sarifuddin menyampaikan kalau benda-benda tersebut merupakan benda turunan. Benda bersejarah yang dijaga oleh abahnya dan diamahkan kepadanya untuk selalu dirawat.
Di rumah itu pula, Sarifuddin sempat mendapatkan tawaran dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin untuk memindahkan benda pusaknya ke Rumah Anno Banjarmasin. Namun tawaran itu ditolak. Ia khawatir apabila benda pusaka tersebut dipindah, maka sesuatu akan terjadi. Terlebih, sebelumnya sang ayah berpesan untuk selalu menjaga dan jangan sampai memisahkan semua benda peninggalan itu.
Lantas, Pemko Banjarmasin memutuskan untuk menjadikan rumahnya begitupun benda pusaka tersebut sebagai museum. Itupun ujar Sarafuddin, kalimat yang keluar dari Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina atas iktikad tersebut bukanlah membeli benda pusaka itu. Melainkan hendak turut serta merawatnya.
Benda pusaka yang kerab dianggap memiliki daya magis tak dipungkiri Sarifuddin membuat ia dan keluarga memang harus merawat benda-benda itu. Selain amanah dari sang ayah, dia juga tidak ingin mengecewakan orang-orang yang menitipkan benda tersebut.