SMANSA Tampilkan Panting Dengan Lagu Berbahasa Inggris
Sepuluh remaja mengenakan kaus merah bertuliskan SMANSA, lesehan di teras halaman Museum
Penulis: George Edward Ph | Editor: Halmien
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Sepuluh remaja mengenakan kaus merah bertuliskan SMANSA, lesehan di
teras halaman Museum Lambung Mangkurat Provinsi Kalsel, Banjarbaru,
Sabtu (14/5) malam.
Masing-masing mereka terlihat kompak saat menunjukkan penampilan perdana kepada puluhan orang yang menyaksikan aksi mereka memainkan musik tradisional Panting.
Beberapa menit kemudian, alunan musik panting mulai terdengar, selanjutnya dua penyanyi langsung membawakan lagu berjudul Sway. Setelah sekitar lima menit membawakan lagu tersebut, tepukan tangan para penonton memberikan apresiasi kepada grup musik panting SMAN 1 Banjarbaru itu.
Penampilan mereka dalam acara Pagelaran seni dan budaya daerah dan memperingati HUT ke dua sanggar tari Selendang Mayang itu, merupakan pengalaman pertama.
"Ini pengalaman pertama kami tampil di lingkungan luar sekolah, biasanya tampil hanya saat acara di dalam sekolah," kata Vokalis musik panting SMANSA, Dana.
Diungkapkan Siswi kelas XI SMAN 1 Banjarbaru itu, mereka memiliki ketertarikan memainkan musik panting, karena ingin menunjukkan ciri khas kesenian banjar.
"Kami ingin berikan sajian yang lebih berbeda, meski sekarang banyak kesenian modern namun saya merasa senang bisa bergabung dalam grup musik panting sekolah," ujarnya.
Bahkan diungkapkannya, agar bisa menarik perhatian anak muda mereka sengaja membawakan lagu barat. "Baru satu ini yang kami pelajari, sebenarnya ada rencana lagi untuk membuat lagu berbahasa Inggris dengan alunan musik panting," jelasnya.
Pemain Panting lainnya, Suryo menambahkan, mereka rutin melakukan latihan setiap Kamis dan Sabtu sore. "Kami rutin lakukan latihan, dan dibina langsung oleh guru mata pelajaran kesenian, pak Marwan," jelasnya.
Sementara ini sudah ada 10 orang anggota tim musik panting SMANSA. "Kalau tampil kami biasa bawa nama sekolah. Yang pasti tujuan kami ingin melestarikan musik panting siapa tau bisa go internasional," jelasnya.
Selain SMANSA, dalam acara tersebut grup musik Panting Ruhui Rahayu juga tampil menghibur dengan beberapa lagu banjar, ditambah penampilan tarian dari sanggar Selendang Mayang.
Dijelaskan Kepala museum Lambung Mangkurat, H Ahmad Gazali, Pagelaran kesenian itu selalu diselenggarakan secara rutin. "Namun pada malam ini, ada sesuatu yang khusus bertepatan HUT selendang Mayang ke dua Pada (14/4), selain itu
Maksud kegiatan ini adalah mendekatkan museum dengan masyarakat dan betapa penting museum bagi generasi dalam mempelajari sejarah dan budaya daerah, banyak orang sukses karena mau menghargai sejarah," jelasnya
Sementara itu, Pembina Sanggar Selendang Mayang Arsyad Indradi, mengungkapkan, eksistensi sanggar tersebut karena terletak pada keteguhan hati.
"Tergantung kepada keteguhan hati semangat untuk kembangkan kesenian daerah, Alhamdulillah setelah dua tahun berdiri ada enam tarian yang sudah dikuasai, seperti Baksa Kambang, Radap Rahayu, Japin Kuala, Tirik Kuala, Tari Kipas dan Dara Manginang semua tari banjar," katanya.
Meski begitu, diungkapkan Arsyad, masih banyak lagi tarian banjar yang perlu digali. "Masih banyak lainnya untuk digali. Kita urang banjar perlu mengetahui ragam tarian yang yang harus dilestarikan," jelasnya.
Bermula dari tiga orang, saat ini sanggar yang dibinanya tersebut bertambah menjadi 25 orang. "Awalnya ada tiga anak muda yaitu Sari, Uyip dan Elly, ke rumah mampir, kemudian diajari, selanjutnya mulai bertambah dan semakin banyak anggotanya, apalagi kami pernah adakan workshop," jelasnya
Dijelaskannya, kesenian daerah harus muncul. "Meski ada perpaduan, tetapi tunjukkan yang murni dari banua. Seperti penampilan anak-anak SMANSA tadi saya malah sarankan kalau bisa lagu barat tapi bahasanya jadi bahasa Banjar," ujarnya.
Masing-masing mereka terlihat kompak saat menunjukkan penampilan perdana kepada puluhan orang yang menyaksikan aksi mereka memainkan musik tradisional Panting.
Beberapa menit kemudian, alunan musik panting mulai terdengar, selanjutnya dua penyanyi langsung membawakan lagu berjudul Sway. Setelah sekitar lima menit membawakan lagu tersebut, tepukan tangan para penonton memberikan apresiasi kepada grup musik panting SMAN 1 Banjarbaru itu.
Penampilan mereka dalam acara Pagelaran seni dan budaya daerah dan memperingati HUT ke dua sanggar tari Selendang Mayang itu, merupakan pengalaman pertama.
"Ini pengalaman pertama kami tampil di lingkungan luar sekolah, biasanya tampil hanya saat acara di dalam sekolah," kata Vokalis musik panting SMANSA, Dana.
Diungkapkan Siswi kelas XI SMAN 1 Banjarbaru itu, mereka memiliki ketertarikan memainkan musik panting, karena ingin menunjukkan ciri khas kesenian banjar.
"Kami ingin berikan sajian yang lebih berbeda, meski sekarang banyak kesenian modern namun saya merasa senang bisa bergabung dalam grup musik panting sekolah," ujarnya.
Bahkan diungkapkannya, agar bisa menarik perhatian anak muda mereka sengaja membawakan lagu barat. "Baru satu ini yang kami pelajari, sebenarnya ada rencana lagi untuk membuat lagu berbahasa Inggris dengan alunan musik panting," jelasnya.
Pemain Panting lainnya, Suryo menambahkan, mereka rutin melakukan latihan setiap Kamis dan Sabtu sore. "Kami rutin lakukan latihan, dan dibina langsung oleh guru mata pelajaran kesenian, pak Marwan," jelasnya.
Sementara ini sudah ada 10 orang anggota tim musik panting SMANSA. "Kalau tampil kami biasa bawa nama sekolah. Yang pasti tujuan kami ingin melestarikan musik panting siapa tau bisa go internasional," jelasnya.
Selain SMANSA, dalam acara tersebut grup musik Panting Ruhui Rahayu juga tampil menghibur dengan beberapa lagu banjar, ditambah penampilan tarian dari sanggar Selendang Mayang.
Dijelaskan Kepala museum Lambung Mangkurat, H Ahmad Gazali, Pagelaran kesenian itu selalu diselenggarakan secara rutin. "Namun pada malam ini, ada sesuatu yang khusus bertepatan HUT selendang Mayang ke dua Pada (14/4), selain itu
Maksud kegiatan ini adalah mendekatkan museum dengan masyarakat dan betapa penting museum bagi generasi dalam mempelajari sejarah dan budaya daerah, banyak orang sukses karena mau menghargai sejarah," jelasnya
Sementara itu, Pembina Sanggar Selendang Mayang Arsyad Indradi, mengungkapkan, eksistensi sanggar tersebut karena terletak pada keteguhan hati.
"Tergantung kepada keteguhan hati semangat untuk kembangkan kesenian daerah, Alhamdulillah setelah dua tahun berdiri ada enam tarian yang sudah dikuasai, seperti Baksa Kambang, Radap Rahayu, Japin Kuala, Tirik Kuala, Tari Kipas dan Dara Manginang semua tari banjar," katanya.
Meski begitu, diungkapkan Arsyad, masih banyak lagi tarian banjar yang perlu digali. "Masih banyak lainnya untuk digali. Kita urang banjar perlu mengetahui ragam tarian yang yang harus dilestarikan," jelasnya.
Bermula dari tiga orang, saat ini sanggar yang dibinanya tersebut bertambah menjadi 25 orang. "Awalnya ada tiga anak muda yaitu Sari, Uyip dan Elly, ke rumah mampir, kemudian diajari, selanjutnya mulai bertambah dan semakin banyak anggotanya, apalagi kami pernah adakan workshop," jelasnya
Dijelaskannya, kesenian daerah harus muncul. "Meski ada perpaduan, tetapi tunjukkan yang murni dari banua. Seperti penampilan anak-anak SMANSA tadi saya malah sarankan kalau bisa lagu barat tapi bahasanya jadi bahasa Banjar," ujarnya.