Sangkil dan Mangkus yang Tak Dikenal
Ternyata kedua kata tersebut adalah kata dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unlam
Pernahkah mendengar kata ‘sangkil’ dan ‘mangkus’? Sepertinya kedua kata tersebut masih asing terdengar di telinga kita.
Ternyata kedua kata tersebut adalah kata dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sangkil adalah kata kerja yang berarti 1 sampai; 2 kena; mengenai; 3 berdaya guna; efisien. Sedangkan mangkus adalah kata sifat yang berati mustajab; mujarab; manjur; berhasil guna.
Kata tersebut sangat jarang digunakan dalam komunikasi sehari-hari, hanya kalangan tertentu yang mengetahuinya. Hal ini mungkin karena sosialisasinya kurang sehingga masih banyak yang belum mengetahuinya dan pengguna bahasa yang sudah mengetahui masih enggan menggunakannya.
Berbeda dengan kata seperti download, upload, printer, mouse, online, offline yang sering terdengar diucapkan, baik anak-anak, remaja, dan orang dewasa sering menggunakannya. Sepertinya kata tersebut sangat familiar di telinga kita.
Kata tersebut berasal dari bahasa Inggris yang sudah ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia. download = unduh, upload = unggah, printer = pencetak, mouse = tetikus, online = daring (dalam jaringan), dan offline = luring (luar jaringan).
Kata dari Bahasa Inggris tersebut sudah melalui penyerapan ke dalam Bahasa Indonesia. Saat ini, mungkin sebagian kecil anak di Indonesia sudah terbiasa dengan kata Bahasa Inggris seperti yang disebutkan tadi. Tanpa adanya arahan, mereka bisa saja nantinya lebih mengetahui kata Bahasa Inggris dibandingkan padanannya dalam Bahasa Indonesia.
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia barat lebih maju ketimbang di Indonesia. Banyak penemuan yang ditemukan beserta istilah-istilahnya yang kemudian masuk ke Indonesia. Istilah-istilah asing tersebut perlu secepatnya dicarikan padanan kata yang tepat dalam Bahasa Indonesia agar masyarakat tidak terbiasa menggunakan istilah bahasa asing.
Kata Bahasa Indonesia diserap dari bahasa daerah dan bahasa asing seperti Bahasa Arab, Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Bahasa Sanskerta, Bahasa Portugal. Penyerapan bahasa asing tidak dilakukan secara asal, tetapi melalui berbagai tahapan menurut aturan yang berlaku.
Penyerapan ke Bahasa Indonesia tersebut melalui adaptasi, adopsi, dan penerjemahan. Proses adaptasi adalah pengambilan makna kata asing yang diserap dan ejaannya disesuaikan ejaan Bahasa Indonesia, contohnya: maksimak, minimal, klasik, dll.
Proses adopsi adalah pengambilan bentuk dan makna kata asing yang diserap secara keseluruhan, contohnya: supermarket, minimarket, plaza, dll. Proses penerjemahan adalah pengambilan konsep dalam kata bahasa asing kemudian dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia. Pedoman penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa daerah ditentukan dan diterbitkan oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Untuk mengetahui kata apa saja yang termasuk dalam kata Bahasa Indonesia dapat dilihat di KBBI yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Mengapa orang lebih suka menggunakan Bahasa Inggris daripada Bahasa Indonesia? Hal ini berkaitan dengan sikap bahasa. Sikap adalah respon terhadap sesuatu objek, sikap bisa berupa positif atau negatif. Sikap bahasa yang positif cenderung mempertahankan bahasa, penggunanya memiliki kebanggaan terhadap bahasa yang digunakanya.
Mereka menganggap bahasa sebagai simbol penting atau identitas etnis maupun negaranya. Sikap bahasa yang negatif cenderung tidak peduli terhadap bahasa etnis dan negaranya, menganggap bahasa lain lebih berprestise dan merasa bangga ketika menggunakannya.
Bahasa asing perlu dipelajari, tetapi sikap terhadap Bahasa Indonesia tetap harus positif. Bahasa Inggris khususnya, kemampuan berbahasa Inggris diperlukan sebagai syarat untuk mengikuti perkembangan zaman. Karena Bahasa Inggris adalah bahasa internasional.
Sikap positif terhadap bahasa diperlukan untuk mempertahankan keberadaan bahasa minoritas, bahasa dapat saja menjadi punah jika penutur terakhir bahasa tersebut meninggal dunia. Meskipun Bahasa Indonesia masih menjadi bahasa mayoritas, tetapi dalam jangka waktu yang lama bisa saja Bahasa Indonesia punah jika tidak ada lagi penuturnya. Namun, hal tersebut tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat. Untuk itulah diperlukan adanya sikap yang positif terhadap Bahasa Indonesia.
Bagaimana dengan bahasa daerah?
Masyarakat Indonesia berasal dari berbagai etnis, setiap etnis mempunyai bahasa daerah. Dengan demikian masyarakat Indonesia dikenal dwibahasawan atau bahkan multibahasawan. Selain menggunakan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional, masyarakat juga menggunakan bahasa daerahnya masing-masing.
Bahasa Indonesia dan bahasa daerah ditempatkan secara berdampingan. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan, bahasa pengantar pendidikan, dan bahasa dalam forum resmi. Sedangkan bahasa daerah digunakan oleh masyarakat di daerahnya atau antaretnis.
Berdasarkan penelitian, keberadaan bahasa daerah sudah mengkhawatirkan. Bahkan, ada bahasa daerah yang hampir punah. Dengan demikian, tidak hanya Bahasa Indonesia yang perlu dijaga keberadaanya, bahasa daerah juga perlu dijaga.
Bahasa sebagai identitas penting suatu etnis atau negara memerlukan kepedulian dari penuturnya. Kepedulian itu dapat berbentuk kesadaran terhadap penggunaan bahasa tersebut. Di samping sikap positif terhadap bahasa Indonesia, sikap positif terhadap bahasa daerah juga diperlukan. Jayakan bahasa Indonesia, martabatkan bahasa daerah. (*)