Sopir Pakai ‘Tarif Ikhlas’
Selang beberapa jam setelah pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, para sopir angkutan kota (angkot) di Banjarmasin langsung menaikkan tarif.
“Belum lagi jika berbicara tentang infrastruktur yang sangat mempengaruhi angkutan umum. Selama ini nyaris tidak ada perbaikan infrastruktur,” tegas dia.
Sikap menunggu pengumuman resmi dari pemerintah dilakukan para pemilik kapal motor (KM) baik antardaerah maupun antarwilayah di daerah tertentu. Seperti yang dilakukan para pemilik KM jurusan Danau Panggang-Paminggir, HST.
Menurut seorang pemilik, Ibam, tarif yang selama ini diberlakukan masih tetap memberi keuntungan meski kecil nominalnya.
“Sekali
jalan, diperlukan sekitar 80 liter solar untuk perjalanan selama 1,5
jam. Saya membelinya dari pengecer seharga Rp 7.500 per liter,” katanya.
Eceran
Selain sopir angkutan darat, para penjual eceran premium juga langsung ‘menyesuaikan’ harga. Mereka menjual dengan harga antara Rp 7.500 hingga Rp 8.500 per liter. “Memang tidak sama harganya. Sakahandak penjualnya saja.
Saya menjualnya Rp 8.000 per botol (seliter). Pembelinya banyak saja, mungkin mereka sudah tahu,” kata seorang pengecer di kawasan Jalan Belitung, Banjarmasin.
Bagaimana kondisi SPBU? Berdasar pantauan koran ini di sejumlah SPBU di Banjarmasin, kondisinya jauh berbeda dibanding Jumat (21/6) malam. Antrean tidak terjadi lagi bahkan ada sejumlah SPBU yang kerap lengang dari pembeli.
“Sepertinya masyarakat sudah puas mengantre untuk mendapatkan BBM dengan harga lama. Jadi saat ini (kemarin) sudah normal seperti biasa. Untuk pasokan, seperti biasa. Tidak ada penambahan dan pengurangan,” kata Pengawas SBPU Sabilal Muhtadin, Salim. (tim)