Menata Lab Sekolah Sambut Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mulai diimplementasikan secara bertahap sejak tahun ini. Di Provinsi Kalimantan Selatan,
Oleh: Sunardi
Guru IPA-Fisika SMP Negeri 1 Banjarmasin
Kurikulum 2013 mulai diimplementasikan secara bertahap sejak tahun ini. Di Provinsi Kalimantan Selatan, untuk jenjang SMP ada 20 sekolah yang dijadikan pilot projek implementasi kurikulum 2013, yang berada di empat kabupaten/kota.
Semula banyak pendapat yang setuju ataupun keberatan dengan kurikulum 2013 dengan berbagai alasan. Namun, sekarang pertentangan itu sudah tidak mengemuka lagi. Setuju ataupun tidak, kurikulum 2013 sudah mulai diperlakukan, bahkan Provinsi Kalimantan Selatan akan mengimplementasikannya ke semua jenjang sekolah secara serentak pada 2014.
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP dan kurikulum sebelumnya. Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Pengembangan kurikulum sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat masa depan.
Elemen perubahan kurikulum 2013 meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian. Pada standar kompetensi lulusan terdapat peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills, yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Bila pada kurikulum 2006 suatu mata pelajaran mendukung kompetensi tertentu, dan mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri, serta tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda, maka pada kurikulum 2013 tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan).
Mata pelajaran juga dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar, yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas. Kemudian, semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama (scientific) melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan.
Terkait dengan penilaian, kurikulum 2006 penilaian pengetahuan dilakukan melalui ulangan dan ujian. Sedang, pada kurikulum 2013 menggunakan penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan berdasarkan portofolio. Ciri dari penilaian otentik di antaranya adalah penilaian berbasis portofolio, pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal, memberi nilai bagi jawaban berbeda, menilai proses pengerjaannya bukan hanya hasilnya, penilaian spontanitas/ekspresif, dll.
Untuk menyiapkan implementasi kurikulum 2013 telah dilaksanakan pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas baik di tingkat nasional maupun provinsi. Dengan pelatihan tersebut diharapkan guru memiliki sikap terbuka dan paham tentang Kurikulum 2013, terampil menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP), terampil mengajar dengan menerapkan pendekatan scientific, menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning.
Guru diharapkan juga terampil melaksanakan penilaian otentik dengan benar. Kepala sekolah dan pengawas diharapkan memahami kurikulum 2013, sehingga dapat mengelola dan membina sekolah dengan baik untuk mengimplementasikannya.
Laboratorium IPA
Mengingat semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan scientific melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan, maka untuk mata pelajaran IPA fungsi laboratorium (lab) sekolah mempunyai peranan sangat penting.
Sarana ruang, peralatan serta bahan, pengelolaan dan tenaga laboratorium (laboran) adalah komponen yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Kegiatan pembelajaran IPA memang tidak harus dilaksanakan di dalam ruang lab, dan bahan praktik bisa digantikan dengan bahan sederhana yang ada di sekitar kita. Namun, mengoptimalkan pengelolaan lab adalah sebuah keniscayaan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran seperti yang diharapkan.
Kondisi sekarang, untuk jenjang SMP sebagian besar sekolah di Kalimantan Selatan sudah mempunyai sarana lab yang memadai, namun tak semuanya dikelola dengan baik. Salah satu alasannya karena belum memiliki laboran.
Sebagian besar guru IPA masih merangkap sebagai pengelola lab juga sebagai laboran. Untuk kegiatan praktik, guru harus menyiapkan alat dan bahan sendiri sehingga banyak menyita waktu yang menyebabkan kegiatan pembelajaran tidak maksimal. Bagaimana mungkin pendekatan scientific melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan dapat terlaksana, jika kondisi lab sekolah masih seperti ini?
Belum lagi adanya anggapan salah kaprah, sebagian guru yang menggunakan lab sekolah hanya untuk kegiatan pembelajaran dengan metode konvensional ceramah. Guru dan siswa belajar di dalam lab setiap hari, namun tidak ada kegiatan scientific di dalamnya.
Sebagian sekolah ada yang sudah memiliki laboran, namun belum memiliki kompetensi yang sesuai. Laboran sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan yang sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah melalui kegiatan lab.
Sebagaimana tenaga kependidikan lainnya, laboran juga merupakan tenaga fungsional. Oleh karena itu diperlukan adanya kualifikasi, standar kompetensi, dan sertifikasi. Selama ini untuk jenjang SMP, pemerintah belum fokus untuk memenuhi kualifikasi, standar kompetensi, dan sertifikasi tenaga laboran sekolah. Jarang dilakukan rekrutmen tenaga laboran sekolah, lantaran tidak adanya formasi dan ketidakjelasan dalam kualifikasi.
Pelatihan dan pembinaan untuk laboran jarang dilaksanakan. Wadah ataupun forum profesional untuk laboran, juga belum ada seperti halnya guru yang mempunyai forum profesional MGMP. Ke mana laboran yang sudah ada akan meningkatkan kompetensinya selain belajar dari pengalamannya sendiri?
Ke depan diharapkan pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan agar lebih memperhatikan hal-hal yang terkait dengan lab sekolah, baik sarana fisik, pemenuhan alat dan bahan, maupun pengelolaan dan tenaga laboran (berkaitan dengan kompetensinya), guna membantu suksesnya implementasi kurikulum 2013 sebagai upaya memajukan dunia pendidikan. (*)