Pahlawan Cilik

AGRESI militer Israel di Jalur Gaza, Palestina menewaskan ribuan orang, menurut UNICEF 30 persen di antaranya

Editor: Dheny Irwan Saputra
zoom-inlihat foto Pahlawan Cilik
dok BPost
KH Husin Naparin

Oleh: KH Husin Naparin

AGRESI  militer Israel di Jalur Gaza, Palestina menewaskan ribuan orang, menurut UNICEF 30 persen di antaranya anak-anak; pemerintah Israel berdalih anak-anak bukanlah sasaran, yang menjadi sasaran adalah kelompok Hamas. Sebenarnya anak-anak juga sasaran tembak tentara Israel, karena mereka itu akan tumbuh besar dan menjadi musuh Israel.

Pada 1980-an, seorang gadis cilik Palestina tertangkap dan ditahan oleh penguasa Israel karena menaruh sebuah bom waktu diperkampungan padat penduduk Israel. Ia mengalami berbagai siksaan hingga berkali-kali pingsan.

Pemerintah Israel sengaja menawan dan menyiksanya dengan maksud, agar anak itu mau menunjukkan dimana markas Fidaiyyin (pejuang Palestina). Dalam interogasi gadis itu berkata, “Sudah sekian kali aku katakan bahwa aku ini adalah bangsa Palestina, setiap orang Palestina adalah Fidaiyyin, mereka ada di mana-mana.“

Penguasa Israel membentaknya, “Siapa yang mengajar dan menyuruhmu menaruh bom waktu itu di tempat umum.”

Anak itu menjawab, “Tuanlah yang mengajar kami berbuat demikian.”

Mata polisi pemeriksa terbelalak marah, “Kami yang mengajarmu?”

“Ya. Tuan yang mengajar kami ketika tuan-tuan membunuh para orangtua kami, ketika tuan menyiksa bapak, ibu dan keluarga kami, ketika tuan mengusir kami dengan senjata dan kekerasan dari tanah air tempat kami dibesarkan, ketika itu dan sejak itulah darah kebencian kepada tuan mengalir di tubuh kami, kami ingin membela hak-hak kami sampai nyawa kami direnggut sekalipun,” ucap anak itu lagi.

“Siapa yang mengajarmu menjawab demikian?” bentak polisi.

“Tanah air tempat tumpah darah kami dan nenek moyang kami yang tersiksa,“ jawabnya.

“Apakah kamu tidak sadar bahwa kata-katamu itu adalah maut yang mengancam hidupmu,” kata polisi itu dengan kasar.

Anak itu berkata lagi, “Demi tanah airku, apapun yang akan terjadi, derita apapun yang akan aku alami, siksaan yang bagaimanapun yang tuan timpakan kepadaku, semua menjadi ringan bagiku.”

Polisi Israel mencoba berkata lembut, “Kami akan memaafkanmu jika kamu informasikan di mana Fidaiyyan bermarkas.”

“Rupanya tuan mau tahu di mana markas Fidaiyyin? Fidaiyyin bermarkas di sini, di kota Nables, Gaza dan Haivam, di kota Jalil, Aqqa dan Khalil bahkan di setiap jalan raya dan gang-gang sempit, di mana ada bangsa Palestina disitu ada Fidaiyyin,” kata anak itu.

“Sudah, sudah cukup,“ bentak polisi pemeriksa dengan geram,” kembalikan anak ini ke dalam sel, aku tidak mau lagi mendengarkan kata-katanya.”

Anak itu pun dimasukkan lagi ke sel. Besoknya dan besoknya lagi, kemudian lusa dan lusanya lagi , anak itu terus diinterogasi, “Kami akan memaksamu dan kau akan terpaksa berkata di mana markas Fidaiyyin,” kata seorang penguasa zionis Israel.

Anak itu pun berkata, “Perbuatlah apa yang tuan kehendaki, adakah lagi siksaan tuan yang lebih berat dari apa yang aku alami sekarang? Orang-orang di Timur dan di Barat mengetahui kekejaman Nazi dan Tartar, baca sejarah mereka, tidak ditemukan kekejaman seperti yang tuan lakukan terhadap bangsa Palestina.”

Ucapan ini dibentak lagi oleh pejabat itu, “Kau akan kami jatuhi hukuman mati.”

Gadis itu menjawab lagi, “Memangnya tuan kira saya takut mati?”

Seorang petugas menyeret gadis itu ke dalam sel, seraya bergumam,“Saya tidak mengerti apa sebenarnya yang mendorongmu bersikap demikian ini wahai gadis cantik! Keselamatanmu tergantung kepada beberapa perkataan, di mana markas Fidaiyyin, kau bisa selamat dari hukuman mati.”

“Tidak,” teriak gadis itu, “sekali lagi tidak, saya lebih mencintai kematian seperti halnya tuan mencintai kehidupan.” (Harian Al-Bilad, Arab Saudi, 1/12/1980)

Inilah ilustrasi pahlawan cilik bangsa Palestina. Kendati di tangannya hanya ketapel atau sebiji batu kerikil, namun ia amat ditakuti oleh penguasa Zionis Israel walaupun di tangan mereka ada senjata api dan meriam.

Rasa takut yang berlebihan adalah ‘siksa dan  penderitaan’ yang Allah SWT campakkan terhadap bangsa Israel. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved