Hilang Delapan Tahun, Ditemukan Hidup Bersama Kaum Kanibal
FILM dokumenter yang kemudian diberi judul The Search For Michael Rockefeller itu ditelitinya berdasar buku Milt Machlin, tentang hilangnya Rockefelle
Antropolog asal Belanda itu berhasil diselamatkan keesokan harinya, tapi Michael Rockefeller tak berhasil ditemukan.
Untuk mencari anaknya, Nelson bahkan menyewa Boeing 707 dan terbang bersama tentara ke wilayah tersebut. Ribuan penduduk setempat bergabung pencarian yang melibatkan puluhan kapal, pesawat dan helikopter.
Tapi tidak ada jejak yang pernah ditemukan, dan setelah sepuluh hari sang ayah menyerah dan menghentikan pencarian.
Pejabat Belanda saat itu menduga bahwa Michael Rockefeller telah tenggelam.
Rumor bertahan hingga pada 1968, Editor Majalah New York, Milt Machlin, terbang ke Papua dan meluncurkan pencarian selama berbulan-bulan.
Dia menemukan seorang pensiunan tentara Belanda yang menjadi misionaris di Papua, Cornelius van Kessel, yang telah tinggal di bersama suku Asmat ketika Michael Rockefeller menghilang.
Kepada Machlin, Kessel mengisahkan cerita yang luar biasa; seminggu setelah para pencari Michael Rockefeller menyerah, ada desas-desus orang Amerika itu telah ditangkap dan dibunuh.
Pasalnya, ia mengklaim, adalah bahwa tiga tahun sebelum Rockefeller menghilang, patroli polisi Belanda datang ke sebuah desa bernama Otsjanep untuk memilah perang pengayauan suku.
Takut mereka akan diserang, polisi melepaskan tembakan, menewaskan lima kepala desa.
Dengan kode suci mereka, suku harus membalas dendam dan mengambil kepala-kepala orang kulit putih seperti pemimpin patroli Belanda itu.
Diduga kesempatan itu terbuka saat sekitar 50 orang Otsjanep pulang ke rumah dari perjalanan perdagangan menemukan orang kulit putih sedang kelelahan dan tidak bersenjata akibat berenang dari perahu mereka ke pantai.
Salah satu warga suku dikatakan telah menusuknya tombak sebelum mereka menariknya ke perahu dan membawanya ke pantai. Di sana mereka mencincangnya, memasak, dan memakannya.
Kessel mengatakan warga suku itu mengaku mereka telah membunuhnya sebagai balas dendam atas serangan polisi.
Namun para pejabat di Belanda membantah cerita itu, dan mengatakan sang misionaris tidak dapat diandalkan.
Machlin tak bisa membuktikan siapa yang benar. Pasalnya, dia tidak memiliki izin untuk melakukan perjalanan di wilayah suku Asmat. Dia pun mengirim fotografernya, Malcolm Kirk.


 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					![[FULL] Ulah Israel Buat Gencatan Senjata Gaza Rapuh, Pakar Desak AS: Trump Harus Menekan Netanyahu](https://img.youtube.com/vi/BwX4ebwTZ84/mqdefault.jpg) 
				
			 
											 
											 
											