Keluarga Ini Tidak Memiliki Keturunan Perempuan Selama 200 Tahun Terakhir

Memiliki seorang anak, merupakan harta berharga bagi sebuah keluarga. Apalagi anak yang dinanti-nantikan itu merupakan

Editor: Eka Dinayanti
zoom-inlihat foto Keluarga Ini Tidak Memiliki Keturunan Perempuan Selama 200 Tahun Terakhir
Mirror
Myla Lawrie, lahir di sebuah rumah sakit di Inggris, empat bulan yang lalu. Ia merupakan anak perempuan terakhir yang lahir di keluarga Lawrie sejak 200 tahun yang lalu.

BANJARMASINPOST.CO.ID, INGGRIS - Memiliki seorang anak, merupakan harta berharga bagi sebuah keluarga. Apalagi anak yang dinanti-nantikan itu merupakan satu-satunya anak perempuan selama 200 tahun terakhir.

Myla Lawrie, lahir di sebuah rumah sakit di Inggris, empat bulan yang lalu. Ia merupakan anak perempuan terakhir yang lahir di keluarga Lawrie sejak 200 tahun yang lalu.

Ketika Myla kecil di bawa pulang oleh kedua orangtuanya dari rumah sakit, ia disambut oleh lautan pita dan hiasan berwarna merah muda yang mengisi ruang keluarganya, beserta sejumlah kartu ucapan.

Tidak heran orangtuanya, Hannah (26), dan Mark (33), bangga akan kehadiran Myla ke dunia. Wanita terakhir di keluarga Lawrie, adalah Bessie, yang lahir di tahun 1809 ketika zaman perang Napoleon masih berlangsung dan Raja George III masih bertahta di Inggris.

Hannah dan Mark yang tinggal di Maidstone, Kent, itu mengatakan dari generasi ke generasi, keluarga Lawrie hanya memiliki anak laki-laki. "Ketika Mark dan saya pertama kali bersama-sama, dia mengatakan kepada saya seperti semua orang di keluarganya, selama lima generasi, selalu memiliki anak laki-laki," ujar Hannah, seperti dikutip dari Dailymail, Selasa (10/2/2015).

"Dia memperingatkan saya bahwa kemungkinan kita pernah memiliki seorang putri cukup jauh," lanjutnya.

Benar saja, Hanah melahirkan tiga orang anak, yang kesemuanya adalah laki-laki. Secara urut dari yang paling besar, mereka bernama, Ben, Zac, dan Mason. "Saya bahkan mempertanyakan apakah mungkin ada suatu kondisi genetik yang berarti Mark hanya memproduksi sperma laki-laki," kata Hannah.

Iapun berupaya untuk konsultasi dengan sejumlah dokter, termasuk yang bekerja di tempatnya mencari nafkah.

"Saya bertanya kepada banyak dokter dan konsultan di rumah sakit tempat saya bekerja jika ini merupakan kasus. Namun saya diberitahu bahwa itu bukan. Setiap kali bayi dikandung, kemungkinan itu menjadi seorang anak perempuan 50/50, mereka mengatakan itu kepada saya. Tapi dalam keluarga Markus, untuk beberapa alasan, tidak pernah terjadi," katanya.

Mengetahui kenyataan tersebut, Hanah tidak menyerah. Ia kemudian menyiasati waktu bercinta dengan suaminya agar bisa mendapatkan anak perempuan. Ia mengatakan selalu berhubungan suami istri ketika di awal siklusnya, dan ketika mencapai masa subur, keduanya puasa bercinta.

Cara itu, memang membuat rumah tangganya tidak selalu romantis, namun ia merasa harus memberikan yang terbaik.

Ia mengaku memiliki hubungan sangat dekat dengan ibunya, Tracey Hayden, dan mendambakan bahwa suatu saat ia memiliki hubungan yang sama dengan putrinya sendiri.

Kerinduannya pun terjawab, setelah 20 minggu menjalani scan, mereka menerima kabar mengejutkan, bahwa ia tengah mengandung seorang anak perempuan. "Saya berada dalam keadaan tidak percaya, saya terus bertanya apakah sonogram ini benar. Mark begitu emosional dia menangis, tangisan itu merupakan hadiah dari ayahnya yang, sayangnya, meninggal sebelum aku jatuh hamil. Dia mengatakan kepada kami dia akan senang memiliki cucu perempuan," tuturnya.

Meskipun telah menerima jaminan dari para ahli sonogram, Hannah menjalankan kehamilannya dengan berjuang untuk menerima kenyataan bahwa keinginannya untuk memiliki putri benar-benar hendak menjadi kenyataan.

"Saya harus menjalani sekitar 16 scan. Setiap kali saya akan menyelesaikan shift malam, saya memohon salah satu dokter untuk memeriksa saya, hanya untuk memastikan," katanya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved