Perokok Lebih Rentan Mengalami Cemas dan Depresi
PENELITI utama, Robert West, yang juga profesor psikologi kesehatan di University College London, mengatakan penelitian yang mereka lakukan menemukan
BANJARMASINPOST.CO.ID - Menjelang Hari Tanpa Rokok di Inggris pada 11 Maret 2015 nanti, British Heart Foundation (BHF) merilis temuan kalau 70 persen perokok rentan mengalami depresi.
Disebutkan, studi terhadap 6.000 orang lebih, ditemukan sebanyak 18,3% dari perokok dilaporkan menderita depresi dan kecemasan, dibandingkan 10% non-perokok dan 11,3% dari mantan perokok.
Seperti dirilis Mirror, Senin (23/2/2015), disebutkan penelitian yang dilakukan memang untuk membandingkan prevalensi kecemasan dan depresi pada perokok, nonperokok, dan mantan perokok yang telah berhenti selama lebih dari satu tahun.
Peneliti utama, Robert West, yang juga profesor psikologi kesehatan di University College London, mengatakan penelitian yang mereka lakukan menemukan bahwa jangka panjang mantan perokok memiliki prevalensi yang sama kecemasan dan depresi nonperokok dan tingkatnya jauh lebih rendah dari perokok.
"Berhenti merokok bisa menjadi kunci untuk meningkatkan tidak hanya kesehatan fisik Anda, tetapi kesehatan mental Anda juga," ujarnya
Direktur Medis Asosiasi BHF, Dr Mike Knapton, mengatakan ada kepercayaan dari banyak perokok bahwa merokok mampu mengurangi kecemasan dan stres. Hal itu yang menyebabkan banyak perokok untuk menunda berhenti.
"Namun, alih-alih membantu orang untuk bersantai, merokok malah meningkatkan kecemasan dan ketegangan. Ketika rokok menyala, perasaan stres berkurang atau relaksasi bersifat sementara, dan akan segera digantikan oleh gejala kecanduan,” jelasnya.
