Inilah Dalih Pertamina Setelah Dikritik Faisal Basri

Menurut Vice President Coorporate Communication Pertamina Wianda Pisponegoro, perseroan saat ini terus berusaha untuk lebih efisien

Editor: Didik Triomarsidi
ANTARA FOTO/Noveradika
Konsumen membeli premium di SPBU Kusumanegara, Yogyakarta, Senin (18/11). Pemerintah berharap pertumbuhan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dapat ditekan 

BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menjawab kritikan Ketua Tim Tata Kelola Migas Faisal Basri ihwal harga BBM RON 88 atau premium di Indonesia lebih mahal ketimbang BBM RON 92 di Malaysia.

Menurut Vice President Coorporate Communication Pertamina Wianda Pisponegoro, perseroan saat ini terus berusaha untuk lebih efisien. Salah satu langkahnya yaitu dengan melakukan pemotongan mata rantai impor BBM.

"Saya rasa bukan hanya Pertamina yang melakukan upaya efisiensi. Semua perusahaan di dunia wajar melakukan efisiensi. Pertamina juga kerap melakukan pemotongan mata rantai sebagai upaya efisiensi. Karena nilai-nilai itu yang kerap kita lakukan," ujar Wianda di Subang, Kamis (2/3/2015).

Menurut Wianda, pihaknya selalu berkonsultasi dengan pemerintah dalam menentukan harga BBM. Artinya, penentuan harga sebenarnya juga ada campur tangan pemerintah, dan tak hanya Pertamina sendirian.

Sementara itu terkait harga BBM RON 88 di Indonesia lebih mahal dengan RON 92 di Malaysia, dia mengatakan bahwa hal tersebut karena Malaysia bukanlah negara importir BBM dan tingkat konsumsi BBM-nya lebih rendah dari pada Indonesia.

"Volume konsumsi BBM masih besar Indonesia . Mereka lebih banyak lakukan ekspor minyak," ucap dia.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved