Menteri ESDM: Harga Premium Secara Ekonomi Belum Bisa Diturunkan

Sudirman Said menjelaskan alasan mengapa pemerintah lebih memilih menurunkan harga Solar dan avtur, ketimbang Premium.

Editor: Halmien
KOMPAS.com/INDRA AKUNTONO
Menteri ESDM Sudirman Said 

BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA – Dalam paket kebijakan ekonomi jilid III, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) diharapkan menjadi daya dorong pertumbuhan ekonomi dari sektor energi.

Harga BBM jenis Solar turun Rp 200 per liter, sementara avtur turun 10 sen dollar AS per liter untuk penerbangan internasional, dan 1 sen dollar AS per liter untuk penerbangan domestik.

Namun demikian, harga Premium belum juga turun, meskipun 91 persen BBM jenis ini dikonsumsi kendaraan pribadi masyarakat.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menjelaskan alasan mengapa pemerintah lebih memilih menurunkan harga Solar dan avtur, ketimbang Premium.

“Karena fokus kita kepada industri dan ekonomi yang memiliki multiplier (effect). Solar dipakai industri dan transportasi, avtur dipakai transportasi,” kata Sudirman ditemui usai penandatanganan dengan Asian Development Bank (ADB) di Jakarta, Kamis (8/10/2015).

Selain itu, lanjut Sudirman, harga Premium memang secara ekonomi belum bisa diturunkan. Sudirman juga mengatakan, arahan Presiden Joko Widodo menjadi pertimbangan pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM untuk menjaga harga Premium di level sekarang ini.

“Pesannya Presiden, konsisten pada kebijakan pengalihan subsidi. Jadi, jangan membebani korporasi. Jangan membebani Pertamina. Dan, biarkan akhirnya harga keekonomian itu bisa diterima oleh masyarakat,” kata mantan Dirut Pindad itu.

Yang pasti, kata Sudirman evaluasi harga BBM ditetapkan tiap tiga bulan sekali. “Kalau kemarin itu kan exception (pengecualian), karena ada dorongan atau ada anjuran untuk mencari stimulus, ya kita cari,” pungkas Sudirman.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved