Dimana Kehormatan Milan?

Ditahan 1-1 oleh tuan rumah Torino, setelah unggul lebih dulu, boleh jadi semakin menjelaskan kualitas dan mentalitas Rossoneri belakangan ini

Editor: Didik Triomarsidi
banjarmasinpost.co.id/kompas.com/GETTY IMAGES
Milan, terbentur pada problem paternalistik atau paternalisme yang parah. 

Menurutnya, problem Milan ke depan lebih mengerikan dari yang baru terlihat, semuanya bersifat struktural. Ia menyoroti kinerja manajemen yang tidak becus menangani bakat-bakat muda.

Keandalan bakat Matteo Darmian, Pierre Emerick-Aubameyang, hingga Stephan El Shaarawy justru dinikmati orang lain. Sementara yang masih setia bertahan seperti Ignazio Abate bak jalan di tempat.

“Jika manajemen tidak belajar dari pengalaman buruk sebelumnya, Milan tidak akan pernah bisa membangun kesuksesan seperti di era Sacchi atau Capello,” ucap Evani.

Persoalan Milan tidak bisa diselesaikan dalam semalam. Itulah kata Fabio Capello.

Apa yang terjadi merupakan gumpalan problem yang tidak pernah terselesaikan bertahun-tahun. Capello mensinyalir eksodus pemain bertahan sebagai fondasi permainan pada 3-4 tahun silam menjadi awal petaka. Ia mengaku sulit membayangkan menangani Diavolo Rosso sekarang ini.

“Milan saya dan Milan Sacchi punya bek luar biasa, sementara Milan yang sekarang terlalu sering bikin kesalahan sepele. Biarkan Miha terus bekerja untuk memahami seluruh atmosfer dan mentalitas pemain,” kata Capello. “Sinisa harus mengetahui, mengerti, lalu memilih sendiri 12-13 pemain utamanya. Itulah prioritasnya.”

Kendati Miha coba menutupi tabir bahwa tidak ada yang merecokinya saat menyusun starting line-up, banyak orang di Italia kadung tahu Berlusconi dan Galliani suka ikut campur.

Fakta ini seperti membenarkan hipotesis Jose Mourinho yang mengatakan Italia adalah negara dengan 60 juta pelatih sepak bola.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved