Pria Ini Korban Salah Tangkap Militer AS, 13 Tahun Mendekam di Penjara 'Terkejam' Guantanamo

Al-Shamiri merupakan satu dari 107 tahanan yang masih berada di penjara yang paling kontroversial di dunia itu.

Editor: Ernawati
telegraph.co.uk
Mustafa Al-Aziz Al-Shamiri, korban salah identifikasi Pentagon. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Seorang pria, Mustafa al-Aziz al-Shamiri menjadi korban kesalahan identifikasi militer Amerika Serikat.

Akibatnya, Mustafa harus merasakan tinggal di kamp penjara terkejam di dunia, Guantanamo selama 13 tahun.

Al-Shamiri, pria berkewarganegaraan Yaman ditangkap militer AS di Afghanistan dan dibawa ke fasilitas penahanan di Kuba tersebut.

Mereka menuding Mustafa merupakan kurir dan pelatih militer untuk kelompok Al Qaeda.

Belakangan, sejumlah pejabat AS mengaku kebingungan. Pemicunya, mereka mendapat informasi yang menyebut Mustafa yang ditangkap bukanlah anggota Al Qaeda.

Akhirnya, para pejabat keamanan AS menyatakan Mustafa merupakan seorang prajurit infanteri pangkat rendah dan tidak memiliki hubungan dengan Al Qaeda.

Al-Shamiri merupakan satu dari 107 tahanan yang masih berada di penjara yang paling kontroversial di dunia itu.

Pada Selasa lalu, sebagaimana dilansir telegraph.co.uk yang dirilis Dream, para anggota panel keamanan AS tengah menggelar sidang untuk menentukan apakah dia akan dibebaskan.

Pentagon menyatakan profil tahanan al-Shamiri diyakini berhubungan kuat dengan kelompok Al Qaeda.

Tetapi, kini Pentagon menyatakan, "Kami kini menyatakan kegiatan itu dilakukan oleh ekstrimis yang memiliki nama atau alias yang sama dengan al-Shamiri."

Dalam sidang tersebut, Al-Shamiri dihadirkan dengan didampingi kuasa hukum.

Selama proses persidangan, Al-Shamiri memberikan keterangan dia terlibat dalam perang sipil Yaman pada 1996 dan di Afghanistan bersama Taliban dari tahun 2000 hingga 2001, termasuk juga bersama tentara NATO dan AS sebelum ditangkap di dekat Mazar-e-Sharif.

Sejak ditangkap, dia dinyatakan sebagai tahanan tanpa batas, dengan keterangan terlalu berbahaya untuk dibebaskan. Tetapi, tidak ada bukti kuat untuk membawa dia ke pengadilan.

Kuasa hukum Al-Shamiri menyatakan dalam nota pembelaan dia bukan merupakan ancaman serius bagi AS. Saat ini Ia telah mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan setelah keluar dari Guantanamo.

"Sejak awal, dia telah menunjukkan perilaku yang positif dan memiliki kemauan kuat menjalani hidup setelah dari Guantanamo. Dia punya keinginan kuat untuk mendapat pendidikan demi masa depan keluarganya," bunyi pembelaan itu.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved