Beberapa Makanan Ini Bisa Membuat Kita Keracunan

Ahli makanan yang juga advokat keamanan pangan di Amerika Serikat, Bill Marler, merilis hasil kerjanya selama 20 tahun terkait kasus keracunan makanan

Penulis: Yamani Ramlan | Editor: Yamani Ramlan
The Sun
ilustrasi 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Keracunan makan ternyata menimpa siapa pun. Sumbernya bisa saja dari cara pengolahan bahan makanan yang kita konsumsi setiap hari.

Seorang ahli makanan yang juga advokat keamanan pangan di Amerika Serikat, Bill Marler, merilis hasil kerjanya selama 20 tahun terkait kasus-kasus keracunan makanan yang pernah dia tangani.

Hasil penelitiannya tersebut telah dirilis dalam Food Poisoning Journal, dan enam jenis makanan berikut bisa menjadi penyebab seseorang menderita keracunan.

Susu mentah dan jus kemasan


Bill menuliskan, susu yang tidak diolah secara benar bisa dipenuhi bakteri, virus dan parasit.

Begitu pula dengan jus kemasan yang tidak diolah secara benar bisa membuat peminumnya mengalami keracunan.

Analisa Bill itu berdasarkan kasus yang pernah dia tangani pada 1996.

Saat itu wabah bakteri E-coli merebak dan disebabkan oleh jus apel Odwalla yang tidak diolah secara benar.

"Tidak ada manfaat yang cukup besar untuk mengambil risiko meminum produk yang dapat dibuat aman namun tidak diolah secara benar,” ujarnya seperti dirilis The Sun.

Sayuran mentah

Sayuran yang dimakan mentah masuk daftar yang dirilis Bill berdasar kasus yang terjadi pada era 1990-an.

Saat itu terdapat 30 kasus wabah bakteri di AS sebagian besar salmonella dan E-coli akibat mengonsumsi sayuran mentah atau hanya diolah setengah matang.

Penderita mengaku mengonsumsi kecambah termasuk alfalfa, kacang hijau, semanggi, dan lobak.

Diduga sayuran tersebut terkontaminasi bakteri yang mungkin memapar benih mereka.

"Ada terlalu banyak wabah tidak memperhatikan risiko kontaminasi sayuran. Disarankan untuk memmakannya setelah dimasak,’ ujar Bill

Daging yang tidak dimasak penuh

Hasil penelitian Bill terkait daging ini mungkin salah satu yang mengejutkan. Tapi sepotong daging merah yang tidak dimasak penuh memiliki potensi untuk menyebabkan infeksi.

Bill mengatakan, ia selalu memerintahkan daging di burgernya dimasak secara benar.

"Produk ini perlu dimasak lebih teliti, sehingga bakteri yang ada di permukaan daging dapat dimatikan secara sempurn,” katanya.

"Jika tidak dimasak secara menyeluruh, penyebab keracunan oleh E-coli dan salmonella atau penyakit bakteri lainnya bisa dihindari,” jelasnya.

Dia mencontohkan, ketika membuat steak, pelayan restoran sering menggunakan 'jarum tenderising' untuk membuat daging lebih empuk, dan ini juga dapat mentransfer bakteri dari permukaan alat itu ke bagian dalam daging.

Bill mengatakan, jika dia menemukan di sebuah restoran melakukan hal ini, dia meminta agar dagingnya dimasak secara baik. Jika tidak, dia menyarankan agar komsumen memilih tempa lain.

Buah dan sayuran yang diolah secara massal

"Saya menyarankan agar konsumen menghindari buah atau sayuran yang diolah secara massal,” kata Bill.

Dia mengatakan, hal itu karena semakin banyak makanan yang ditangani dan diproses, semakin besar kemungkinan terkontaminasi.

"Kami sudah terbiasa untuk kenyamanan makanan-kantong salad diproduksi secara massal dan kotak salad dan pra-potong dan pra-potong itu. Kenyamanan saya pikir itu tidak sepadan dengan risikonya."

Telur mentah atau setengah matang

Mengkonsumsi telur mentah atau setengah matah meningkatkan risiko terken wabah salmonella.

"Saat ini, saya pikir risiko kontaminasi telur jauh lebih rendah daripada 20 tahun yang lalu untuk salmonella, tapi aku masih memilih memakan telur dimasak secara baik,” aku Bill.

Tiram dan kerang mentah lainnya

Bill mengatakan, kerang mentah, terutama tiram, telah menyebabkan peningkatan kadar penyakit akibat makanan akhir-akhir ini.

"Tiram memiliki sifat sebagai penyaring makanan, sehingga mereka mengambil semua yang ada di air. Jika ada bakteri dalam air itu akan masuk ke dalam sistem mereka, dan jika Anda memakannya, Anda bisa mengalami kesulitan. Saya telah melihat banyak lebih dari itu selama lima tahun terakhir daripada yang saya lihat dalam 20 tahun terakhir," jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved