Pelajar Batam Kerap Jadi Incaran Komunitas Pria Penyuka Sejenis Asal Singapura
mengapa di Batam mereka cukup eksis? Ternyata karena sebagian besar memiliki hubungan dengan komunitas serupa yang kerap datang dari Singapura,"
BANJARMASINPOST.CO.ID, BATAM - Keberadaan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan transgender (LGBT) sedang menjadi sorotan. Di Kepri dan khususnya Batam, dengan perkembangan pola pergaulan, keberadaannya semakin transparan.
Mereka seakan-akan secara terang-terangan membentuk sebuah komunitas nyata, maupun di jejaring sosial.
Asumsi jumlah lelaki suka lelaki (LSL) sendiri, sebagaimana yang disampaikan Anggota DPRD Kepri, Suryani, disebutkan mencapai sekitar 3.000 orang.
Berdasarkan penelusuran Tribun, keberadaan Lelaki Suka Lelaki (LSL)--satu di antara kelompok LGBT-- di Batam menjadi fenomena tersendiri.
Komunitas yang selama ini dianggap sebagai kelompok marginal itu, sudah terpantau sejak beberapa tahun belakangan.
Mereka cukup rentan terhadap berbagai persoalan sosial, seperti penyebaran HIV AIDs maupun penyalahgunaan narkoba.
Sebuah sumber resmi, petugas BNNP Kepri menuturkan, di Batam keberadaan kaum LSL cukup banyak. Dalam sebuah komunitas, mereka kerap "kopi darat" misalnya dengan kongkow- kongkow atau berkelompok pergi ke tempat hiburan malam.
Mereka yang termasuk dalam LSL tidak hanya kalangan pelajar usai sekolah, namun juga kaum dewasa, usia 35-40-an.
Di Batam dengan pola pergaulan yang relatif lebih terbuka, maka eksistensinya dengan cepat berkembang karena memiliki jaringan dengan komunitas dari kota-kota besar di Indonesia, bahkan menjadi langganan kaum LSL dari Singapura.
"Mereka umumnya punya hubungan atau kontak satu dengan yang lain. Selain itu mengapa di Batam mereka cukup eksis? Ternyata karena sebagian besar memiliki hubungan dengan komunitas serupa yang kerap datang dari Singapura," kata petugas BNNP Kepri tersebut.
Dari puluhan nara sumber yang telah menjadi sasaran sosialisasi penyalahgunaan narkoba itu, para LSL mengaku memiliki "langganan" atau partner orang Singapura.
Pasangannya itu biasa datang tiap akhir pekan atau berkala dalam dua pekan atau sebulan sekali untuk bertemu.
"Mereka ini umumnya punya pasangan dari Singapura. Dan mereka mengaku biasanya sebelum melakukan hubungan seks, mereka menggunakan narkoba," tambah sumber tersebut.
Hal itu pula, menjadikan komunitas ini bagi BNNP dianggap sebagai kelompok marginal yang perlu pendampingan dalam menangani penyalahgunaan narkoba.
Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP Kepri, yang dikomandoi kepala bidangnya Drs Ali Chozin, Apt, Msi dan jajarannya sempat menggelar pertemuan dengan kelompok LSL ini, dengan mengusung agenda Diskusi Interaktif tentang Pola Hidup Sehat Bagi Kelompok Marjinal yang Berisiko.
