Duh, 7 Siswa SMAN 1 Asal Pedalaman Balangan Terpaksa Tinggal di Kantor Guru

Kurang lebih sudah dua minggu ini ketujuh siswa ini tinggal di sekolah. Selain jarak yang jauh, ketujuh siswa juga mempertimbangkan hemat pengeluaran.

Penulis: Elhami | Editor: Elpianur Achmad
banjarmasinpost.co.id/elhami
Kantor Guru SMAN1 Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan, yang dijadikan tempat tinggal siswa asal pedalaman Balangan. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PARINGIN - Jauhnya jarak antara tempat tinggal dan sekolah, memaksa tujuh siswa SMAN 1 Tebing Tinggi di Kecamatan Tabing Tinggi, Kabupaten Balangan, Kalsel, harus tinggal di ruang kantor guru, layaknya seperti rumah sendiri.

Kurang lebih sudah dua minggu ini ketujuh siswa ini tinggal di sekolah. Selain jarak yang jauh, ketujuh siswa juga mempertimbangkan hemat pengeluaran.

Apalagi latar belakang orangtua mereka hanya sebagai penyadap karet. Sedangkan harga komoditi ini rata-rata Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kilogram. Tidak cukup untuk membiayai keperluan, termasuk ongkos.

Atas pertimbangan yang ada, kepala sekolah pun mengizinkan. Melihat semangat siswa untuk bersekolah, akhirnya mereka memberikan tempat yang seharusnya ruang guru. Kemudian ruang guru itu disekat, sebagian untuk tempat tinggal anak-anak dan sisanya untuk ruang guru.

Sedangkan untuk pelajar perempuan menempati ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
Mira Santia (17), salah satu siswa yang sudah dua minggu tinggal di sekolah. Ia mengaku terpaksa dengan alasan menghemat biaya sekolah, serta tak mau membebankan orangtua.

"Transportasi terbatas. Dari rumah ke sekolah, banyak mengeluarkan biaya. Makanya, saya putuskan tinggal di sekolah saja," ucap siswa asal Desa Langkap ini.

Dikatakannya, jarak antara desa ke sekolah sekitar tiga kilometer. Tentunya, dengan medan naik turun bukin. Begitu pula mencoba mengendarai kendaraan ke sekolah, tetap terlambat karena medan yang cukup berat. Terlebih setelah kena hujan, licin sehingga berbahaya.

"Saya ingin selalu tepat waktu. Alasan ini juga yang memperkuat saya untuk bisa tinggal di sekolah," ujarnya.

Ia tambahkan, tinggal di sekolah bersama siswa lainnya memang jauh dari nyaman. Namun kebersamaan dan semangat untuk besekolah menjadi acuan untuk bertahan.

"Kami mengharapkan ada pembangunan asrama di sekolah kami ini. Saya hanya satu di antara siswa yang rumahnya sangat jauh. Masih ada siswa yang lebih jauh lagi," ucap siswi yang bercita-cita ingin jadi guru ini.

Sama halnya dengan Laday (18). Termasuk siswa yang cukup jauh menampuh jarak ke sekolah. Tinggalnya di Desa Dayak Pitap, menampuh jarak sekitar 12 kilometer setiap hari. "Saya ingin meringankan beban orangtua, makanya memutuskan tinggal di sekolah juga," timpalnya.

Tak hanya itu, ia juga meminta pekerjaan kepada pihak sekolah untuk membiayai sekolahnya. Di antarnaya, menebas rumput atau membersihkan lingkungan sekolah. "Biasa diberi upah Rp 50 ribu sama kepala sekolah," katanya.

Kepala SMAN 1 Tebing Tinggi, Eko Prayitno, mengatakan, pihak sekolah kasihan dengan beberapa siswa yang sekolah harus menempuh jarak yang cukup jauh.

"Selain jauh, alasan mereka ingin meringankan beban orangtua. Apalagi semangat sekolah mereka sangat tinggi. Bahkan soal biaya, mereka mencari sendiri. Misalnya, ada yang minta pekerjaan," ungkapnya.

Selain tujuh siswa yang tinggal, sebenarnya ada empat siswa lagi yang ingin berdiam di sekolah. Namun terpaksa tidak bisa diakomodasi karena ruangannya tidak cukup. "Kasihan saya melihat anak-anak. Sudah saya komunikasikan ke Disdik, mashi belum ada kejelasan. Kalau di sekolah kami ini, memang perlu asrama siswa," katanya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved