Kenapa ya? Pilot Amerika Ini Terkagum-kagum Saat Mendarat di Malinau Kaltara

Profesi sebagai pilot di sebuah lembaga nirlaba Mission Aviation Fellowship (MAF) merupakan pilihan bagi Matius Scheer (35).

Editor: Ernawati
TRIBUN KALTIM/BUDI SUSILO
Pilot Mission Aviation Fellowship (MAF), Matius Scheer (35). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, TARAKAN - Profesi sebagai pilot di sebuah lembaga nirlaba Mission Aviation Fellowship (MAF) merupakan pilihan bagi Matius Scheer (35).
Tugasnya menerbangkan pesawat Cesna dari Kota Tarakan menuju Kabupaten Malinau.

Saat bersua dengan Tribunkaltim.co, pria kelahiran Amerika Serikat ini merasa senang bisa bekerja di bidang sosial, mengendarai pesawat terbang di daerah pedalaman Malinau, Kalimantan Utara.

“Saya sudah tiga tahun tinggal di Indonesia. Dari Amerika saya langsung ke sini (Tarakan),” ujar Matius di markas MAF Tarakan, komplek Bandar Udara Juwata, pada Senin (14/3/2016) siang.

Pada hari itu juga, Matias usai menerbangkan pesawatnya mengirimkan barang-barang sembilan bahan pokok (sembako) ke Desa Long Alango dan Desa Pujungan karena daerah ini terisolir.

“Saya bantu kirimkan pakai pesawat. Dari kota Malinau ke lokasi desa butuh waktu 30 menit saja. Biaya pengiriman juga dibantu oleh pemerintah daerah,” katanya.

Alasan pengiriman menggunakan pesawat sebab sungai dari kota menuju desa sedang mengalami dangkal, volume air sungai sedang surut, perahu-perahu kecil tidak bisa melintas.

“Saya mengantar barang pada pagi hari menjelang siang,” ujar pria kelahiran Agustus 1980 ini, yang saat itu mengenakan topi warna krem.

Dia mengungkapkan, selama ini Matius belum pernah melakukan penerbangan mengangkut penumpang atau barang pada malam hari. Kegiatan kepilotannya lebih memilih pagi, siang atau sore hari.

Menolak aktivitas malam hari karena sangat rawan terjadinya kecelakaan udara. Sebab secara geografis di Kabupaten Malinau itu banyak bukit-bukit yang masih alami dan liar serta daratannya sebagian besar gelap gulita. “Saya tidak berani terbangkan pesawat malam hari. Sangat berbahaya,” katanya.

Pengalamannya selama tiga tahun di MAF Tarakan membuat dirinya merasa bangga. Matias merasa bisa berperan menolong masyarakat kurang mampu yang tinggal di daerah pedalaman Malinau.

“Saya senang bisa kerja di MAF Tarakan. Membawa pesawat ke daerah-daerah terpencil berjumpa dengan orang-orang baru. Saya senang bisa melihat daerah Malinau, yang masih alami. Tidak ada yang sama seperti di Amerika,” katanya.

Berdasarkan Tom Chrislay, Manager MAF Tarakan, Matius adalah satu di antara penerbang atau pilot.

Total keseluruhan personel pilot ada delapan orang, yang kesemuanya dari orang luar negeri yang dinilai sudah teruji, profesional sebagai pilot andal.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved