Mitos Sanja Kuning, dari Berkumpulnya Hantu, Santet, Hingga Kejadian 'Berdarah'

Karena mitos inilah, banyak hal yang dianggap tabu, hingga memunculkan larangan dan anjuran

Penulis: Restudia | Editor: Mustain Khaitami
Instagram
Sanja Kuning 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Dalam tradisi urang Banjar, ketika senja dan matahari berwarna kuning, maka orangtua akan segera meminta anaknya untuk masuk ke dalam rumah.

Dengan alasan, ketika senja dan matahari berwarna kuning menyala, disebut-sebut berhantu. Biasa diucapkan 'sanja kuning, bahantu'.

Nah mengenai mitos ini pula yang dibahas akun sejarah banjar. Menjelaskan mengenai mitos sanja kuning bahantu yang menjadi mitos Banjar.

Sanja kuning identik dengan mitos akan datangnya malapetaka, entah sakit atau kejadian 'berdarah'.

"Sanja kuning ini terjadi biasanya pada waktu menjelang magrib tiba. Masyarakat beranggapan apabila waktu sanja kuning tersebut menimbulkan mtos-mitos yang bervariasi.
Mitos yang dipercayai oleh masyarakat Banjar terhadap fenomena sanja kuning adalah keyakinan bahwa sanja kuning merupakan adanya suatu hal atau pertanda yang tidak baik.
Masyarakat meyakini, bahwa dengan adanya sanja kuning, berarti akan datang malapetaka, misalnya jatuh sakit, yang dinamai dengan penyakit sangga (penyakit kuning),
angin pidara (kapidaraan),bahkan dibeberapa daerah pernah disebut munculnya sanja kuning karna ada urg mati babunuhan,entah dimana hubungannya,he."

Mitos lain senja kuning diidentikan dengan berkeliarannya hantu, hingga santet. Karena alasan inilah orangtua zaman dahulu melarang anak-anak bermain ketika ada senja kuning.

"Sanja kuning juga dikaitkan dengan berkeliarannya setan2 yg baru keluar dan lapar mencari mangsa, sanja kuning juga diakaitkan dengan berkeliarannya parang maya atau santet.
oleh karena itu bagi remaja khususnya perempuan yang dilarang berada duduk-duduk di luar rumah saat sanja kuning tersebut begitu pula anak-anak dilarang bermain-main
pada waktu sanja kuning tersebut. Mitos sanja kuning memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa lampau. Kisah-kisah tersebut biasanya dianggap sebagai warisan orang-orang zaman dahulu.
Mitos sanja kuning adalah salah satu kisah yang terdapat di Kalimantan Selatan khususnya pada masyarakat Banjar. Dalam sejarah, kepercayaan terhadap mitos sanja kuning ini sudah ada secara turun temurun dalam masyarakat."

Karena mitos inilah, banyak hal yang dianggap tabu, hingga memunculkan larangan dan anjuran seperti:

- Tidak diperbolehkan keluar dan beraktivitas di luar rumah pada waktu sanja kuning ini, khususnya untuk anak-anak.
- Dilarang duduk di depan pintu dan beranda rumah
- Tidak diperbolehkan memasak dengan menggunakan kompor, tetapi harus menggunakan kayu bakar.
- Dianjurkan untuk berdo’a memohon perlindungan.
- Marabun dupa atau membakar kemenyan
- Dilarang membunyikan dan memainkan alat musik

"Larangan-larangan atau anjuran tersebut jika dilanggar akan berakibat pada hal-hal yang tidak diinginkan.
Hal-hal yang tidak diinginkan tersebut seperti sakit yang berkepanjangan, tekena angin pidara atau kapidaraan dan lain sebagainya."

Dalam bahasa Indonesia, sanja kuning adalah lembayung. Lembayung berarti merah jingga, warna yang terlihat ketika matahari mulai tenggelam

Dilansir http://antararuangmakna.blogspot.co.id waktu lembayung senja merupakan fase ketika matahari hampir sepenuhnya terbenam. Waktu merendahnya matahari dimulai ketika pukul tiga sore.

Fase ini ditandai dengan condongnya matahari ke ufuk barat dan berubahnya cahaya matahari perlahan dari kuning keemas-emasan menjadi merah jingga.

Cakrawala akan berubah menjadi merah jingga atau oranye ketika lembayung. Hawa panas akan berangsur-angsur menjadi sejuk.

Lembayung senja merupakan fase puncak dari pergerakan matahari dalam satu hari. Ketika lembayung berakhir, matahari telah utuh terbenam di ufuk barat dan secara perlahan akan berganti dengan kegelapan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved