Alumni IAIN Palangkaraya Ini Jadi Lulusan Terbaik S2 Unpar
Keterbatasan ekonomi tak membuat Susilawati patah semangat dalam menuntut ilmu. Ayahnya sudah beberapa tahun terakhir tak lagi bekerja karena usia
Penulis: Mustain Khaitami | Editor: Mustain Khaitami
BANJARMASINPOST.CO.ID, PALANGKARAYA - Orangtua mana yang tak bangga melihat anaknya sukses. Apalagi kesuksesan itu diraih dengan penuh perjuangan, bahkan air mata.
Itu pula yang dirasakan Saroto. Tak heran, pria berusia 72 tahun ini begitu bersemangat untuk menghadiri wisuda putrinya Susilawati yang akan digelar Sabtu (27/8/2016) di Universitas Negeri Palangkaraya.
Susilawati didaulat sebagai mahasiswi terbaik S2 program pascasarjana di Program Pendidikan Biologi pada Universitas Palangkaraya. Selama dua tahun penuh dia kuliah di perguruan tinggi tersebut, akhirnya berhasil meraih predikat cumlaude dengan nilai nyaris sempurna, 3,91!
"Ini semua berkat dukungan dari orangtua, saudara, dan teman-teman," kata Susilawati menjawab BPost Online, Jumat (26/8/2016).
Keterbatasan ekonomi tak membuat Susilawati patah semangat dalam menuntut ilmu. Ayahnya sudah beberapa tahun terakhir tak lagi bekerja karena usia sebagai tukang potong rumput di IAIN Palangkaraya.
Sedangkan sang ibu, Siti Fatimah, sejak 2007 telah meninggal dunia.
Semangat besar dalam menuntut ilmu itu pula yang kemudian membuat Susilawati nekad mengikuti pendidikan S1 di IAIN Palangkaraya.
Pada jurusan Tadris Bilogi, dia berhasil menuntaskan pendidikan pada 2014 dan ketika itu juga tercatat sebagai mahasiswi terbaik dengan nilai cumlaude 3,65.
Dua tahun sebelum melanjutkan pendidikan ke S2, dia pun bekerja sebagai honorer staf administrasi di lingkup IAIN Palangkaraya.
Dari hasil jerih payahnya itu pula, dia memberanikan diri melanjutkan pendidikan program pascasarjana ke Unpar. Hasilnya, kini Susliawati berhak menyandang Master Pendidikan (MPd) pada belakang namanya sebagai bukti kemampuannya menyelesaikan pendidikan.
"Kalau sekarang sih, mau lagi rasanya saya mengambil program S3 ke Pulau Jawa. Tapi belum tahu lagi karena tentu banyak yang dipertimbangkan," kata Susilawati.
Kisah Susliawati membuktikan, tekad dan kemauan keras akan menjadi pemicu terwujudnya cita-cita.
