Lima Abad Salah Urus Jakarta, "Pemerintah Sering Menerabas Prinsip Normalisasi Sungai"

”Kenyataan bahwa mereka sudah bermukim di bantar sungai, jauh sebelum peraturan itu diberlakukan, tidak bisa menjadi pembenaran"

Editor: Didik Triomarsidi
zoom-inlihat foto Lima Abad Salah Urus Jakarta,
tribunnews.com
Warga yang ingin melintasi Jalan KH Abdullah Syafei Jakarta Selatan, masih harus menggunakan gerobak atau perahu, karena banjir masih menggenangi jalan di kedua arah hingga setinggi satu meter.

”Pemerintah kolonial jugalah yang mengubah lahan di Puncak, Bogor, dari hutan jadi kebun teh pemicu erosi serta sedimentasi besar-besaran di sungai-sungai di hilir,” kata Restu.

Restu juga mempertanyakan apakah pola kanalisasi yang diterapkan di era kolonial itu tetap relevan diterapkan sekarang.

”Tahun 1923, dengan penduduk Jakarta 30.000 jiwa saja, Belanda sudah berencana membangun kanal barat, kanal timur, dan sodetan-sodetan. Sodetan-sodetan itu yang kini mau dilanjutkan lagi pembangunannya,” katanya.

Baik Prof Hadi maupun Restu menyiratkan, Jakarta saat ini perlu terobosan baru dalam menata kota.

Terobosan atas dasar studi riil kondisi serta kebutuhan sekarang demi kelangsungan kota ini. Jangan lagi terulang berkubang kebobrokan dalam lima abad ke depan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved