Ekonomi dan Keuangan
Bank Masih Sulit Lakukan Efisiensi Karena Kondisi Ini
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat rasio BOPO industri perbankan hingga Agustus 2016 turun tipis menjadi 81,31%
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang masih lambat, industri perbankan terus berbenah memperbaiki kondisi keuangannya, termasuk dari sisi efisiensi. Hal itu bisa tercermin dari kondisi rasio biaya operasional dibandingkan biaya operasional (BOPO).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat rasio BOPO industri perbankan hingga Agustus 2016 turun tipis menjadi 81,31%, jika dibandingkan periode sama tahun 2015 yang sebesar 81,46%. Penurunan BOPO tersebut salah satunya disebabkan rasio BOPO bank katagori BUKU III, turun dari sebelumnya 88,04% menjadi 87,82%.
Namun sebaliknya, BOPO bank katagori BUKU IV justru mencatatkan pertumbuhan. Catatan OJK, per Agustus 2016 BOPO bank BUKU IV naik menjadi menjadi 73,93% dari sebelumnya 72,92%.
Sebagai contoh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Dalam laporan keuangan September 2016 mencatatkan rasio BOPO tumbuh 301 basis poin (bps) menjadi 72,41% dari periode sama tahun 2015. Meski naik, rasio ini terbilang rendah jika dibanding bank lain.
“Kenaikan BOPO ini utamanya disebabkan naiknya pencadangan BRI sampai kuartal III 2016,” terang Haru Koesmahargyo Direktur Keuangan BRI menjawab pertanyaan KONTAN, Selasa (25/10).
Adapun hingga September 2016, lanjut Haru, rasio pencadangan BRI mencapai 166,6%. Pada periode yang sama tahun 2015, rasio pencadangan BRI masih sebesar 150%.
Jaga kualitas kredit
Sama halnya dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Wan Razly, Direktur Strategy and Finance Bank CIMB Niaga mengatakan, sebagian besar beban operasional Bank CIMB Niaga berasal dari biaya provisi yang dicadangkan untuk kredit bermasalah.
“Seiring harapan membaiknya kondisi ekonomi nasional, kami berharap biaya provisi dapat turun ke depannya,” kata Wan Razly kepada KONTAN, Selasa (25/10).
Wan memang belum mau merinci berapa BOPO CIMB Niaga hingga September tahun ini. Namun ke depan, Wan berharap pihaknya bisa terus meningkatkan porsi dana murah sehingga bisa menurunkan biaya dana.
Bank asal Malaysia tersebut juga telah melakukan sejumlah program efisiensi internal dan berhasil menurunkan biaya operasional. Per Juni 2016 lalu, biaya operasional bank ini turun sebanyak 1,2%. Selain itu, CIMB Niaga juga getol memanfaatkan layanan digital banking untuk menekan biaya operasional.
Sementara, PT Bank Danamon Indonesia Tbk berupaya meningkatkan kualitas aktiva produktif demi menjaga keseimbangan BOPO. Terbukti, rasio BOPO Bank Danamon sampai September 2016 mulai menurun menjadi 81,78%. Di periode sama 2015, rasio BOPO bank ini 85,17%.
“Kami berusaha menjaga pencadangan kredit. Terbukti dengan penurunan pencadangan sampai kuartal III 2016 sebesar 4%,” ujar Vera Eve Lim Direktur Keuangan Danamon, kemarin.
Adapun PT Bank OCBC NISP Tbk menargetkan rasio BOPO sampai akhir tahun 2016 sebesar 80%. Rasio BOPO OCBC NISP per akhir September 2016 tercatat sebesar 79,31%, turun dari 80,63% di periode sama tahun lalu.
“Hal ini dilakukan dengan meningkatkan pendapatan dan berusaha menekan biaya operasional,” ujar Parwati Surjaudaja, Direktur Utama Bank OCBC NISP.

 
							 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											