Saatnya Perkuat Sinergi
Momentum perbaikan ekonomi global yang semula diharapkan mulai terjadi pada tahun 2016 ini, masih belum tampak dan justru tampak melemah
TANTANGAN perekonomian nasional termasuk di Kalimantan Selatan pada 2017 diprediksi masih cukup berat. Bank Indonesia (BI) mengingatkan dampak pelemahan perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian, perlu diwaspadai.
Momentum perbaikan ekonomi global yang semula diharapkan mulai terjadi pada tahun 2016 ini, masih belum tampak dan justru tampak melemah di beberapa bagian. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2016 sekitar 3,0 persen, lebih rendah dari capaian 2015 sebesar 3,2 persen. Pertumbuhan ekonomi global sampai dengan tahun 2020 diperkirakan masih akan berada di bawah empat persen.
Berbagai dinamika ekonomi global di tahun 2016 semakin memperkuat indikasi adanya permasalahan struktural di ekonomi global. Antara lain, di Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi global, dalam perkembangannya sampai semester I tahun 2016 masih belum solid. Pemulihan di Eropa dan Jepang juga belum kuat.
Sementara itu, referendum Brexit yang membawa Inggris keluar dari zona ekonomi Eropa, berpotensi menurunkan prospek ekonomi Eropa dalam jangka menengah. China sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia, termasuk Kalimantan Selatan (Kalsel) pun masih melakukan konsolidasi dan menyesuaikan sumber-sumber pertumbuhan ekonominya.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi India yang dalam beberapa periode sebelumnya cukup mengesankan, sepertinya mulai kekurangan tenaga di beberapa periode terakhir.
Belum lagi dampak ketidakpastian geopolitik, termasuk pemilu presiden di AS yang dimenangi Donald Trump.
Berbagai ketidakpastian tersebut kemudian berdampak pada menurunnya aliran modal ke negara berkembang dan diikuti volatilitas perpindahan dana global.
Sebagai suatu negara dengan perekonomian terbuka, perekonomian Indonesia tidak terisolasi dari kondisi global yang belum kondusif tersebut. Tentu saja, Provinsi Kalsel yang basis ekonominya dari sektor ekspor pun bakal terdampak.
Menghadapi kondisi ini, seperti saran dari BI, diperlukan kerja sama dan sinergi yang baik dari berbagai pihak terkait. Sebagai motor penggerak adalah peran pemerintah yang mendorong perekonomian melalui dana APBD. Penggunaan anggaran ini harus bisa menjadi stimulus fiskal bagi perekonomian daerah.
Selain itu, sangat penting keterlibatan swasta untuk berinvestasi pada sektor-sektor potensial selain sektor komoditas. Dan agar iklim investasi di daerah menarik bagi para investor, tentu regulasi yang mendukung pun sangat diperlukan. Tidak zaman lagi perizinan dipersulit bahkan ada pungutan liar (pungli).
Kepercayaan dan keyakinan yang tinggi dari pelaku ekonomi terhadap pemerintah dan pemangku kebijakan lainnya adalah potensi ekonomi yang harus dijaga. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/tajuk-besar-new_20161014_224050.jpg)