Budaya
Darsi, dan Pasang Surut Nasib Wayang Orang Sriwedari
Wayang Orang (WO) Sriwedari pernah mengalami masa kejayaan di era Rusman Harjowibakso, dan Darsi Pudyorini sampai era 1970an
BANJARMASINPOST.CO.ID - Darsi Pudyorini, legenda Wayang Orang Sriwedari meninggal dunia hari Minggu, 15 Mei 2016 dalam usia 83 tahun.
Meninggalnya Darsi seakan menambah kelam kisah Wayang Orang Sriwedari yang pementasan cenderung sepi dari penonton. Selain itu status tanah Sriwedari kini masih bermasalah.
Wayang Orang (WO) Sriwedari pernah mengalami masa kejayaan di era Rusman Harjowibakso, dan Darsi Pudyorini sampai era 1970an.
Mereka berdua menjadi Super Star wayang orang dengan berperan sebagai Gatotkaca, dan Pregiwa.
Riwayatmu Dulu
WO Sriwedari pada awal mulanya merupakan kelompok wayang orang berpentas secara tobong dari satu tempat ke tempat lain.
Suatu ketika pengelola acara maleman Sriwedari meminta kelompok wayang orang tobong ini untuk mengisi kegiatan di tempat tersebut. Penampilan yang menarik banyak penonton menjadikan wayang orang tersebut kemudian memiliki tempat tersendiri di Taman Sriwedari.
Maka mulai awal tahun 1920-an wayang orang tobong tadi berganti menjadi Wayang Orang Sriwedari. Keberadaan Wayang Orang menambah keramaian Taman Sriwedari yang waktu itu masih memiliki koleksi binatang yang lumayan banyak.
Masyarakat pun datang setiap hari untuk melihatnya serta mengetahui jadwal pementasan WO Sriwedari.
Sebelum Perang Dunia II berlangsung, di Solo berdiri banyak sekali kelompok wayang orang yang memiliki tempat pementasan tetap.
Beberapa tempat yang menjadi lokasi pementasan wayang orang antara lain ; Taman Balekambang, Gedung Sana Harsana di perempatan Pasar Pon, dan Solosche Radio Vereniging (SRV) yang sekarang jadi RRI Surakarta. Semua tempat tadi dibawah pengelolaan Pura Mangkunegaran, ini menunjukkan saat itu kehadiran wayang orang tidak lepas dari dukungan pihak penguasa lokal baik Pura Mangkunegaran mau pun Kasunanan Surakarta (WO Sriwedari).
Kondisi yang demikian menjadikan wayang orang sebagai kesenian yang cukup populer pada masanya.
Tidak heran banyak kaum muda yang tertarik dengan wayang orang, tidak sedikit yang memiliki cita – cita untuk menjadi pemain wayang orang.
Mereka ini tak terkecuali Rusman, dan Darsi yang kebetulan tempat tinggalnya sangat dekat dengan gedung wayang orang.
Rusman bertempat tinggal di Gendengan, sementara Darsi di Penumping, dua kampung yang berjarak tak lebih dari satu kilometer dari Taman Sriwedari.
Ketertarikan Rusman, dan Darsi layaknya anak muda jaman itu, namun mereka kemudian tidak sekadar tertarik untuk melihat. Mereka juga ingin untuk menjadi aktor panggung wayang orang.
Keinginan Darsi untuk menjadi pemain wayang orang jauh berliku dibandingkan Rusman.
Orang tuanya tidak setuju kalau Darsi terlibat pementasan wayang orang, sementara Rusman pada awalnya memulai dari latihan tari, dan suatu ketika ada pemain wayang orang yang seharusnya ikut pentas, namun berhalangan datang, dan Rusman tampil menggantikannya.
Sejak itu Rusman dikenal sebagai pemain Wayang Orang Sriwedari, dan Darsi menyusul beberapa tahun kemudian sebagai pemain wayang orang.
Di pentas WO Sriwedari itu pulalah Rusman jatuh cinta pada Darsi, dan kemudian menyuntingnya sebagai istri.
Hubungan suami istri antara Rusman dan Darsi terjadi pula di panggung pementasan, mereka berdua memiliki peran khusus sebagai Gatotkaca dan Pregiwa, sebuah pasangan di lakon wayang orang.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/pementasan-wayang-orang-sriwedari-solo_20161207_091428.jpg)