Berita Banjarmasin

Penerapan Full Day School Dapat Penolakan di Kalsel

Penerapan konsep lima hari sekolah (full day school) di sejumlah sekolah menuai reaksi penolakan dari sejumlah kalangan.

Penulis: Rahmadhani | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.co.id/ibrahim ashabirin
Suasana SMAN 1 Rantau saat melaksanakan Full Day School, Kamis (20/7/2017). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Penerapan konsep lima hari sekolah (full day school) di sejumlah sekolah menuai reaksi penolakan dari sejumlah kalangan.

Salah satu orang yang paling getol menolak adalah Ketua PBNU Kalsel Syarbani Haira.

Dirinya menilai, penerapan konsep lima hari sekolah akan banyak merugikan banyak pihak.

"Terlalu kebarat-baratan. Pendidikan karakter itu tidak harus selalu di sekolah. Dengan full day school, anak 8 jam di sekolah, mau belajar teori saja," kata dia.

Full day school yang dinilai kebarat-baratan, kata dia, malah bertentangan dengan konsep Nawacita Presiden Joko Widodo yang menginginkan karakter mandiri anak Indonesia dengan kultur Indonesia.

Pembentukan karakter, menurut dia tidak mesti harus di lingkungan sekolah.

"Saya khawatir, 10 atau 20 tahun ke depan anak-anak yang dicekoki teori saja tapi tidak relevan dengan di lapangan malah memunculkan sifat radikalisme di mereka," katanya.

Dirinya akan memimpin aksi damai penolakan full day school di depan kantor DPRD Kalsel di Jalan Lambung Mangkurat.

"Dari berbagai kalangan, mulai dari pesantren, mahasiswa dari berbagai kampus akan gabung. Ini harus disuarakan agar masyarakat menjadi paham," kata dia.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved