Tiga Kisah Perjuangan Orang Ini Menggetarkan Hati, Nomor 2 Terjadi di Kalsel, Lihat Tayangannya
Setiap kehidupan selalu memiliki arti karena inilah orang-orang berikut memberikan segalanya untuk orang-orang tercinta.
Penulis: Amirul Yusuf | Editor: Murhan
BANJARMASINPOST.CO.ID - Setiap kehidupan selalu memiliki arti karena inilah orang-orang berikut memberikan segalanya untuk orang-orang tercinta. Segala keterbatasan sama sekali tidak menghalangi niat mereka untuk melakukan yang terbaik.
Dilansir on the spot Trans 7, berikut tiga kisah perjuangan hidup tanpa pamrih.
1. Pak Untung, guru tanpa tangan yang mengajar lebih dari 25 tahun.
Guru di MI Sumenep Madura ini walaupun memiliki kekurangan, tidak mengurungkan niatnya untuk mengajar.
Walaupun dirinya sempat tidak lolos tes calon pegawai negeri sipil (CPNS), kegagalan itu tidak menurunkan gairahnya untuk mengajar.
Dia sempat menerima perlakuan yang tidak mengenakan dari para muridnya. Dari ditertawakan saat mengajar sampai ada yang tidak mau diajari oleh dirinya karena melihat kondisi fisiknya yang berbeda dengan yang lain.
Akhirnya, para muridnya pun mengagumi dirinya karena mampu mengajar dengan semangat yang tinggi walaupun mengalami keterbatasan fisik.
Perjuangannya selama ini akhirnya diapresiasi oleh Kementrian Agama pada tahun 2016. Pak Untung mendapatkan penghargaan sebagai guru inspiratif.
"Jadilah guru yang ikhlas, dicaci tidak tumbang, dipuji tidak terbang," ujar Untung.
2. Maswi Kakak Paling Mulia Di Indonesia
Di usianya yang baru 12 tahun, Maswi rela meninggalkan sekolah demi adiknya yang menderita kanker tulang dan kanker darah (leukimia).
Ketegaran dan kebesaran hati membuat Maswi kuat menghadapi kenyataan bahwa kedua orangtuanya mengalami gangguan jiwa sementara sang adik, Fatimah harus terbaring lemah di rumah sakit karena penyakit yang dia derita.
Sebelumnya Maswi dan adiknya diantarkan oleh saudaranya dan warga Kampung di Balangan ke RSUD Ulin. Namun karena sudah diperkirakan bisa mendiri maka bocah tersebut dilepas.
Maswi pun setia menemani dan merawat adiknya, dari mengganti popok, memandikan, hingga mengurus transfusi darah ke Palang Merah Indonesia cabang Kalsel demi kelangsungan hidup adiknya.
Keteguhan hati Maswi menjadi viral dan mendatangkan bantuan dari berbagai kalangan. Rasa optimis atas kesembuhan sang adik pun muncul. Tetapi takdir berkata lain, Siti Fatimah meninggal dunia Sabtu(2/9/2017).
3. Diah Ayu Almanda, Bocah 12 Tahun Merawat Neneknya Seorang Diri.
Diah harus menerima pilihan sulit, antara melanjutkan sekolah atau merawat neneknya yang menderita amnesia dan tunanetra.
