Berita Banjarmasin
Lewat Gerakan Tangan dan Bibir, Wanita Ini Membangun Kedekatannya dengan Para Difabel Tuli
PESERTA rapat konsultasi publik rancangan awal Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Pemko Banjarmasin, Kamis (15/2) lalu
Tiga anak ini terdistribusi di kelas yang berbeda.
“Pembelajaran di sekolah inklusi ini akan efektif jika ada pengantar dengan bahasa isyarat yang mampu dipahami oleh anak tuli.
Saat ini di sejumlah sekolah inklusi mempunyai keterbatasan guru yang menguasai kemampuan menerjemahkan bahasa isyarat," ujarnya.
Shintia mengatakan, kemampuan menerjemahkan bahasa isyarat atau transletter ini akan dia tularkan ke guru-guru anak berkebutuhan khusus lainnya.
“Di Banjarmasin dan Kalsel, masih susah menemukan guru yang mempunyai kemampuan menerjemahkan bahasa isyarat,” ujarnya.
Baca: Wih! Ini 5 Potret Seksi Istri Demerson Bruno Costa, Bakal Bikin Tak Berkedip
Shintia bersyukur Pemko Banjarmasin punya komitmen kotanya itu ramah terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.
Seperti rapat konsultasi publik RKPD, Pemko melibatkan rekan-rekan berkebutuhan khusus dengan berbagai kategori, baik difable tuli, cacat tubuh, hingga tuna netra.
Dalam UU perlindungan kaum disabilitas No 8 tahun 2016, sambung dia, juga ditekankan penggunaan kata tuli.
“Bagi kaum tuli, sebutan tuna rungu itu kasar. Kata tuli dianggap lebih manusiawi. Sebutan difable tuli itu lebih ramah, sedangkan sebutan tuna rungu sangat menyakitkan," ujarnya.
