Hari Puisi Sedunia
Selamat Hari Puisi Sedunia, Ini Kumpulan Puisi Rangga dan Cinta dari Film AADC dan AADC II
Bicara tentang Hari Puisi Sedunia, di Indonesia ada film box office yang di alur ceritanya bernuansa puisi sangat kuat.
Penulis: Royan Naimi | Editor: Royan Naimi
BANJARMASINPOST.CO.ID - Hari Ini 22 Maret 2018 diperingati sebagai Hari Puisi Sedunia.
Beda dengan Hari Puisi Sedunia, adapun Hari Puisi Nasional diperingati tiap 28 April.
Sejarah Hari Puisi Sedunia bermula pada 1999, tepatnya pada November 1999.
Ya, Hari Puisi Sedunia disahkan oleh badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yakni UNESCO pada November 2018.
Sebelumnya, pada pertemuan UNESCO ke-30 di Paris, Prancis, Oktober-November 1999 mulai tercetus peringatan Hari Puisi Sedunia karena puisi dinilai punya peran penting dalam sejarah dunia.
Bicara tentang Hari Puisi Sedunia, di Indonesia ada film box office yang di alur ceritanya bernuansa puisi sangat kuat.
Baca: ‘Nyanyian’ Setya Novanto Sebut Puan Maharani dan Pramono Anung Terima Aliran Dana E-KTP
Baca: Bikin Merinding, Nike Ardilla Disebut Guru Sekumpul Tak Ditanya Malaikat di Dalam Kubur karena Ini
Film tersebut berjudul ada apa dengan cinta (AADC).
Film AADC jadi film box office lalu dibikin sequelnya dengan judul AADC II.
Baik AADC maupun AADC II dibintangi aktor Nicolas Saputera dan aktris Dian Sastro Wardoyo.
Nicolas memerankan Rangga adapun Dian Sastro sebagai Cinta.
Secara umum film AADC dan AADC II berkisah tentang percintaan Rangga dan Cinta, dengan bumbu puisi-puisi romantis dari keduanya.
Film AADC puisi kebanyakan karya Rako Prijanto.
Baca: Hari Air Sedunia, Peringatan Jangan Mandi di Bathtub dan Tidak Berlebihan Minum dari Botol Plastik
Baca: Jadwal Siaran Langsung RCTI Timnas U-19 Indonesia vs Timnas U-19 Jepang - Ada Egy Maulana Vikri
Pada film AADC 2 kebanyakan dipakai puisi karya M. Aan Mansyur
Berikut kumpulan puisi-puisi romantis dari Rangga dan Cinta di film AADC dan AADC II.
Puisi pada Film AADC:
Puisi Oleh Cinta
Ketika tunas ini tumbuh..
Serupa tubuh yang mengakar…
Setiap nafas yang terhembus adalah kata…
Angan, debur dan emosi..
Bersatu dalam jubah terpautan
Tangan kita terikat
Lidah kita menyatu
Maka setiap apa terucap adalah sabda pendita ratu
Ahh.. diluar itu pasir diluar itu debu
Hanya angin meniup saja
Lalu terbang hilang tak ada
Tapi kita tetap menari
Menari cuma kita yg tau…
Jiwa ini tandu maka duduk saja
Maka akan kita bawa…
Semua
Karena….
Kita.. Semua.. Adalah.. Satu
Puisi Oleh Rangga ( Saat Perpisahan )
Kulari ke hutan kemudian menyanyiku…
Kulari ke pantai kemudian teriakku
Sepi… sepi dan sendiri aku benci
Ingin bingar aku mau di pasar
Bosan aku dengan penat
Enyah saja engkau pekat
Seperti berjelaga jika kusendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya biar terdera?
Atau aku harus lari ke hutan, belok ke pantai?
Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur dihatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Baru sekali ini aku melihat karya surga dalam mata seorang hawa..
Ada apa dengan cinta
Tapi aku pasti akan kembali
Dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya
Bukan untuk siapa
Tapi untukku..
Karena aku ingin kamu, itu saja
Batas
Semua perihal diciptakan sebagai batas
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin
Besok batas hari ini dan lusa
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara, dan kantor wali kota, juga rumahku dan seluruh tempat di mana pernah ada kita
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata
Begitu pula rindu. Antara pulau dan seorang petualang yang gila
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya
Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur
Apa kabar hari ini?
Lihat tanda tanya itu jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.
Puisi di film AADC 2 :
Tidak ada New York hari ini
Tidak ada New York hari ini
Tidak ada New York kemarin
Aku sendiri dan tidak berada di sini
Semua orang adalah orang lain
Bahasa Ibu adalah kamar tidurku
Kupeluk tubuh sendiri
Dan Cinta, Kau tak ingin aku
Mematikan mata lampu
Jendela terbuka…
Dan masa lampau memasukiku sebagai angin
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening, kau yang dingin dikenang
Ketika Ada Yang Bertanya Tentang Cinta
Ketika aku bertanya kepadamu tentang cinta
Kau melihat langit membentang lapang
Menyerahkan diri untuk dinikmati, tapi menolak untuk dimiliki
Ketika kau bertanya kepadaku tentang cinta,
Aku melihat nasib manusia
Terkutuk hidup di bumi
Bersama jangkauan lengan mereka yang pendek
Dan kemauan mereka yang panjang
Ketika aku bertanya kepadamu tentang cinta,
Kau bayangkan aku seekor burung kecil yang murung
Bersusah payah terbang mencari tempat sembunyi
Dari mata peluru para pemburu
Ketika kau bertanya kepadaku tentang cinta
Aku bayangkan kau satu-satunya pohon yang tersisa
Kau kesepian dan mematahkan cabang-cabang sendiri
Ketika ada yang bertanya tentang cinta,
Apakah sungguh yang dibutuhkan adalah kemewahan kata-kata
Atau cukup ketidaksempurnaan kita?
Batas
Semua perihal diciptakan sebagai batas
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin
Besok batas hari ini dan lusa
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota,
bilik penjara, dan kantor wali kota,
Juga rumahku, dan seluruh tempat di mana pernah ada kita
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata
Begitu pula rindu
Antar pulau dan seorang petualang yang gila
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya
Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur
Apa kabar hari ini?
Lihat tanda tanya itu
Jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi…
Akhirnya Kau Hilang
Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di mana-mana
Di udara dingin yang menyusup di bawah pintu
Atau di baris-baris puisi lama yang diterjemahkan dari bahasa
Di sepasang mata gelandangan yang menyerupai jendela berbulan-bulan tidak dibersihkan
Atau di balon warna-warni yang melepaskan diri dari tangan seorang bocah
Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di jalan-jalan
Atau bangku-bangku taman yang kosong
Aku menemukanmu di salju yang menutupi kota
Seperti perpustaan sastra
Aku menemukanmu di gerai-gerai kopi, udara, dan aroma makanan yang keluar atau terlalu matang
Aku menemukanmu berbaring di kamarku yang kosong
Saat aku pulang dengan kamera di kepala
Berisi orang-orang pulung yang tidak ku kenal
Kau sedang menyimak lagu yang selalu kau putar
Buku cerita yang belum kelar kau baca
Bertumpuk bagai kayu lapuk di dadaku
Tidak sopan kataku mengerjakan hal-hal tapi tetap kesedihan
Akhirnya kau hilang, kau meninggalkan aku
Dan kenangan ini satu-satunya akar getah yang tersisa….
(banjarmasinpost.co.id/royan naimi)