Serbuan Gepeng Saat Ramadhan
Bertambah, Setelah Gepeng dan Pengemis, Kota Banjarmasin Juga Diserbu Manusia Gerobak
Pasukan manusia gerobak ini pada malam hari sering terlihat mengumpul di sekitar Kampus Unlam Kayutangi Jalan Hasan Basri.
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Kota Banjarmasin dan sekitarnya menjadi sasaran bagi para gepeng dan pengemis untuk mengadu nasib mencari rezeki terutama di Bulan Ramadhan. Kini masalah sosial itu bertambah dengan kian maraknya manusia gerobak.
Pasukan manusia gerobak ini pada malam hari sering terlihat mengumpul di sekitar Kampus Unlam Kayutangi atau di sekitar Mahligai Pancasila. Masalah ekonomi menjadi alasan utama manusia gerobak memilih menekuni profesi itu.
Masnah (53) menuturkan kehidupannya yang sulit. Nenek yang sehari-hari mengais sampah plastik, malam itu memarkirkan gerobaknya di depan Kampus Unlam Kayutangi. Dia duduk berdampingan dengan suaminya yang juga parobaya.
Sambil mengamati jalan Jalan Hasan Basyri, Masnah berdiri dan mengais-ngais sampah plastik di tong sampah dan memasukkannya ke dalam gerobak yang dibawanya. Wanita asal Alalak Selatan, Banjarmasin Utara, itu tengah istirahat setelah sejak siang hari mencari sampah plastik.
Baca: Gugatan PT Sebuku Sejaka Coal Putus! PTUN Batalkan Keputusan Gubernur Kalsel
Masnah mengaku baru menjalani profesi selama bulan Ramadan demi demi mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Angin malam yang menusuk kulit tak dihiraukannya. Dia menutup tubuhnya dengan pakaian seadanya agar tidak sakit.
Masnah menuturkan, empat anaknya yang sudah dewasa tidak dapat membiayai kehidupannya. Bahkan, beberapa anak laki-lakinya yang sudah berumah tangga tidak pernah lagi memberinya nafkah. "Kasarannya 500 ribu per orang pun tidak apa-apa memberi orangtua seperti saya,” tuturnya dengan bahasa memelas.
Melihat suaminya yang juga sudah tua dan kurang bertenaga lagi, Masnah terdorong untuk membantunya mencari sampah plastik di perumahan-perumahan di Banjarmasin.
Masnah berujar, kondisi ekonomoni yang sulit, biaya listrik dan PDAM yang sudah tak terbayar hingga dua bulan, menjadi alasan dia bersama suaminya menjadi manusia gerobak.
Baca: Prediksi Susunan Pemain Bhayangkara FC vs Madura United Liga 1 2018 Pekan 13 Malam Ini
Siang berangkat dari rumah dan baru kembali bersama suaminya pada tengah malam. Dia tak memungkiri menjadi manusia gerobak suatu aib. Namun karena tuntutsan ekonomi, mau tidak mau tidak harus melalukan hal itu.
"Kalau saja waktu masih muda, tidak akan pernah saya mau melakukan pekerjaan ini. Saya lebih suka bejualan, atau mengambil upah jadi buruh cuci,” ungkap Masnah.
Sehari-hari suaminya bekerja sebagai buruh kayu dan kadang menjadi pemulung. Saat bulan Ramadan dia dan suami mencoba peruntungan dengan mengharapkan uang zakat atau pemberian makanan berbuka puasa.
"Yang penting halal, tidak mencuri,” timpal Anang, suaminya.
Selain Anang dan Masnah, sebagian besar tetangganya di Gang Ar Ridha, RT 07 Alalak Selatan juga terjun menjadi‘manusia gerobak’. Hal itu disebabkan warga di kawasan itu adalah buruh kayu.
"Nah yang itu, suamiya sudah meninggal, hidup dengan dua kerjanya membawa gerobak juga,” ujar Anang sambil menunjuk perempuan yang membawa gerobak yang ditiduri anaknya.
Setiap hari setelah pulang membawa sampah plastik kemudian dijual kepada pengepul yang ada di Alalak Selatan juga.
Baca: Serbu Kota Banjarmasin Jelang Lebaran, Ternyata Ini Beda Antara Pengemis dan Gepeng
"Kadang dapat dua puluh ribu, paling banyak lima puluh ribu. Dari sekarung besar itu dapatnya hanya sepuluh ribu saja,” jelas Anang.
Sabelum Ramadan memang banyak terlihat manusia gerobak. Mereka biasa mangkal di depan kampus Universitas Lambung Mangngkurat (ULM), Jalan Brigjen H Hasan Basry. Semua aktivitas mulai makan sampai menidurkan anak dilakukan di dalam gerobak.
Malam itu manusia gerobak berjejer di sisi kiri dan kanan di depan Kampus ULM.
Barjah, tetangga Masnah bersama adik-adik, kakak serta keponakannya yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) juga memilih menjadi manusia gerobak.
Profesi itu diakuinya hanya dijalaninya saat Ramadhan. "Sambil menunggu kalau ada yang yang memberikan zakat," ujar Barjah yang juga berasal dari Alalak Selatan.
Baca: Tagar Via Vallen Trending No 1 di Twitter, Para Selebriti Tuliskan Dukungan, Kecuali Nikita Mirzani
Ketika satpol PP datang, baik Masnah, Barjah dan manusia gerobak lainnya terpaksa harus kabur. Risiko seperti ditangkap petugas Satpol PP harus mereka terima sebagai manusia gerobak.
Panggah Haryanto, Kasie Rehabilitasi Tuna Sosoal dan Korban perdagangan, Dinsos Kalsel mengatakan, manusia gerobak dia tak bisa digolongkan anjal dan gepeng. Manusia gerobak lebih pada faktor kurang mampu dan kemiskinan.
Sebenarnya, sebut dia, manusia gerobak adalah orang-orang mapan yang memanfaatkan waktu Ramadhan. "Kita sudah beberapa kali mengintai, dan ada salah satu sudah sering dipanggil tapi tetap saja melakukan pekerjaan itu," ujarnya, Selasa (5/6).
Menurut dia, manusia gerobak sama seperti pengemis yang mengharapkan zakat dari masyarakat. Itu sebabnya pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk memberikan zakat secara resmi di badan zakat agar penyalurannya diberikan kepada orang yang benar-benar membutuhkan. (lis/arb/dsh/sba)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/capture-bpost-edisi-07062018aa_20180607_093829.jpg)