Jendela Dunia
Erdogan Menang Lagi di Pemilihan Presiden Turki, Ini yang Dirasakan Rakyat Turki
Setelah 15 tahun berada di puncak dunia politik Turki, dia mengalahkan oposisi, mengamankan kepresidenan
BANJARMASINPOST.CO.ID - Recep Tayyip Erdogan telah memenangkan pemilihan presiden Turki dan semakin mengukuhkan posisinya sebagai orang nomor satu di negara tersebut.
Setelah 15 tahun berada di puncak dunia politik Turki, dia mengalahkan oposisi, mengamankan kepresidenan di putaran pertama dan partainya juga menguasai parlemen.
Inilah hal-hal yang perlu Anda ketahui untuk memahami kemenangannya.
Lembaga kepresidenan makin kuat
Recep Tayyip Erdogan, 64 tahun, bukan hanya mempertahankan kepresidenan sampai paling tidak tahun 2023, tetapi dia juga telah memperkuat kepemimpinannya.
Kekuatan baru yang didukung referendum tahun 2017 sekarang akan berkuasa dan mengubah peran seremonial menjadi posisi eksekutif kunci di negara anggota NATO ini.
Dia memenangkan 52,5% suara sehingga terhindar dari pemungutan suara putaran kedua, meskipun ekonomi negara bermasalah.
Untuk pertama kali, warga Turki memberikan suara untuk parlemen baru pada hari yang sama dan memberikan partai presiden, partai AK yang Islamis kekuasaan mayoritas lewat persekutuan dengan pihak nasionalis.
Lawan utama Erdogan telah memperingatkan bahwa Turki akan menjadi "rezim satu orang penguasa".
Konsolidasi kekuasaan berlanjut
Recep Tayyip Erdogan lebih banyak melakukan perubahan di Turki dibandingkan pemimpin-pemimpin yang lainnya sejak pendirian negara modern.
Dia adalah orang pertama yang menjadi perdana menteri selama dua masa jabatan dan sejak tahun 2014 dan kemudian menjadi presiden. Di bawah kepemimpinannya ekonomi Turki tumbuh dan layanan umum terus membaik.
Tetapi Erdogan memimpin negara yang terkutub. Turki terbelah.
Hasil pemilihan umum tanggal 24 Juni menunjukkan dukungan kepada seorang pemimpin yang mengalahkan lawan-lawannya dan mendapatkan dukungan hampir semua media.
Salah satu saingannya, Selahattin Demirtas, dari HDP pendukung Kurdi, melakukan kampanye dari penjara. Lawan terdekatnya, Muharrem Ince, mengatakan Turki sudah menjadi "rezim satu-orang yang sebenar-benarnya".
Erdogan telah mengkonsolidasi kekuasaan sejak terjadinya usaha kudeta tahun 2016 yang berhasil digagalkan.
