Jendela Dunia
Erdogan Menang Lagi di Pemilihan Presiden Turki, Ini yang Dirasakan Rakyat Turki
Setelah 15 tahun berada di puncak dunia politik Turki, dia mengalahkan oposisi, mengamankan kepresidenan
Sejak saat itu Turki berada dalam keadaan darurat, dimana 107.000 pegawai negeri dan tentara diberhentikan. Lebih 50.000 orang ditahan dan menunggu diadili sejak bulan Juni 2016.

Kandidat dengan jumlah suara terbanyak pada Pilpres Juni 2018.(BBC)
Kandidat dengan jumlah suara terbanyak pada Pilpres Agustus 2014.(EPA)
Pada bulan April 2017, 51% pemilih Turki mendukung undang-undang baru yang menghapus peran perdana menteri dan memberikan kekuasaan baru kepada presiden:
Erdogan memerintahkan diadakannya pemilu sela saat mata uang Turki, lira, anjlok sebesar 17% terhadap dolar Amerika dan tingkat suku bunga utama naik menjadi 17,75%.
Sementara ekonomi Turki terus tumbuh dengan kuat - 7,4% pada kuartal pertama tahun 2018 - muncul kekhawatiran akan terjadi keanjlokan di masa depan dan turunnya lira telah mempengaruhi kemampuan rakyat.
Dengan memenangkan 52,5% suara, dia mengalahkan saingan terdekatnya Muharrem Ince, yang hanya mendapatkan lebih 30% suara.
Partai AK-nya memenangkan 42,5% suara parlemen, dan bersama-sama dengan kelompok nasionalis, MHP, hal ini memberikannya mayoritas 343 kursi dari 600 kursi parlemen.
Keberhasilan kelompok nasionalis ini mengejutkan para pengamat dan merupakan sebuah bonus bagi Erdogan, karena partainya sebelumnya diperkirakan akan kalah karena bintang AKP, Meral Aksener, membentuk partainya sendiri.

Kerumunan orang pada kampanye calon oposisi Ince di Izmir pada hari Kamis (21/06).(EPA)
Erdogan tetap memenangkan dukungan di pusat kekuasaannya di daerah konservatif di luar kota-kota besar dan di antara pemilih di Jerman, Belanda dan Perancis.
Di bawah AKP, Turki memeluk Islam moderat yang menerima simbol Islamis di kehidupan sehari-hari sampai taraf tertentu - misalnya mengizinkan pegawai negeri perempuan mengenakan penutup kepala.
Di pihak lain Partai Rakyat Republik (CHP) Ince sangat sekuler.
Dia menciptakan kerumunan besar-besaran menjelang pemilu di Izmir, Ankara dan Istanbul, tetapi sementara mencatat kemenangan pada pilpres, partainya tidak mampu menularkan daya tariknya di luar kelompok sekuler. CHP mendapat sekitar 22% dukungan.
Meskipun pemimpinnya dipenjara dan diberlakukan pembatasan terhadap pemilih di wilayah Kurdi di tenggara, partai pendukung Kurdi yang secara tegas menentang Erdogan, memenangkan 11,6% suara pilpres dan akan terus berperan penting di parlemen.
