Berita Nasional

Bukan Diikat, Ini Pertolongan Pertama Ketika Digigit Ular

Kisah Rizki Ahmad yang tewas dipatuk ular king cobra buat geger warga setempat.

Editor: Restudia
Facebook
Foto-foto Rizki Ahmad yang bermain dengan ular King Cobra miliknya yang beredar di media sosial Facebook. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Kisah Rizki Ahmad yang tewas dipatuk ular king cobra buat geger warga setempat.

Usai dinyatakan meninggal dunia oleh dokter RS Doris Sylvanus Palangkaraya, keluarga menunda pemakaman Rizki Ahmad.

Bahkan keluarga menggelar ritual untuk menyembuhkan Rizki Ahmad dari 'matinya'.

Korban gigitan ular sebenarnya bisa diselamatkan dengan memberikan perawatan usai mengalami gigitan ular.

Dilansir kompas.com, pakar toksikologi dan bisa ular DR. dr. Tri Maharani, M.Si SP.EM mengatakan, ada pemahaman masyarakat soal penanganan pertama ketika mengalami gigitan ular yang salah besar, Minggu (10/9/2017).

Umumnya, tindakan pertama dilakukan dengan mengikat daerah disekitar area gigitan ular. Tujuannya adalah untuk menghentikan pergerakan bisa ular agar tak menyebar ke seluruh tubuh.

Tindakan lainnya yang sering dilakukan adalah membuat sayatan di daerah gigitan untuk mengeluarkan darah. Tujuannya pun sama, menghindari penyebaran bisa ular.

Menurut Tri, kedua tindakan tersebut salah besar, tidak membantu sama sekali.

Bisa ular akan tetap menyebar ke bagian tubuh lainnya.

“Kalau diikat hanya membuat kondisi seolah-olah bisa ular berhenti. Padahal yang diikat adalah pembuluh darah. Akibatnya pembekuan darah hingga amputasi."

Baca: Jenazah Rizki Ahmad Disandingkan dengan King Cobra yang Menggigitnya dan Ini yang Terjadi

Baca: Polisi Amankan Ritual Pawang Ular Penyembuhan Rizki Ahmad Korban Tewas Digigit King Cobra

Tri menjelaskan, cara penanganan yang tepat adalah dengan membuat bagian tubuh yang terkena gigitan tak bergerak. Caranya sebenarnya tak sulit.

Anggota tubuh dihimpit dengan kayu, bambu, atau kardus layaknya orang patah tulang. “Betul-betul tidak bergerak sehingga bisa ular hanya ada di tempat gigitan, tidak menyebar ke seluruh tubuh,” kata Tri.

Bila bagian yang digigit ular telah berhasil diimobilisasi, waktu yang dimiliki untuk pergi ke rumah sakit atau klinik guna mendapatkan perawatan dan antibisa ular sebenarnya cukup lama.

"Anak teman saya di Papua dia kena neurotoksin. Karena tinggal di base camp di atas gunung untuk turun ke Puskesmas butuh 2 hari. Anak ini selamat dengan imobilisasi. Masih hidup sampai sekarang,” ujar Tri.

Tri menambahkan, bila klinik atau tempat kesehatan tak mengetahui jenis bisa ular, siapa pun bisa menghubungi dirinya pada Remote Envenomation Consultan Service (RECS) melalui blog recsindonesia.blogspot.com atau melalui pesan WhatsApp di nomor 085334030409.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved