Kesenian Balamut Hampir Punah

Ternyata Kesenian Balamut Berasal dari Sebuah Kerajaan, Berikut Silsilahnya

Untuk mempelajari kesenian Balamut tak sembarangan. Harus memiliki daya ingat kuat, kemauan keras dan bakat.

Penulis: Syaiful Anwar | Editor: Rendy Nicko
Banjarmasinpost.co.id/Syaiful Anwar
Seorang siswa di Banjarmasin sedang syuting kesenian Balamut. 

BANJARMASiN POST.CO.ID, BANJARMASIN - Dibandingkan kesenian lain seperti Madihin, mempelajari Balamut lebih sulit dan perlu orang yang memiliki daya ingat kuat, kemauan keras dan bakat.

"Saya mempelajari Balamut sejak kecil dan mendampingi abah (ayahh) setiap malam hingga tertidur. Walau pun tidak baisitilah menghapal, akhirnya ingat juga dengan cerita Balamut tersebut sampai sekarang," kata M Jamhar, maestro Balamut.

Dia pun bercerita, kisah Balamut pakem, berawal dari cerita sebuah kerajaan dipimpin raja bernama Jaya Sakti yang berputra kembar, bernama Indra Bungsu dan Indra Bayu. Indra Bungsu berputra bernama Kasan Mandi, sedangkan Indra Bayu berputri Galuh Putri Jung Masari. Kasan Mandi kawin dengan Galuh Jung Masari dan melahirkan Bujang Maluala.

Bujang Maluala kawin dengan putri maharaja Cina bernama Dandan Amas Salian Kaca melahirkan seorang putra bernama Bujang Busur. Bujang Busur kawin dengan Hindawan Bulan melahirkan Bujang Jaya. Bujang Jaya kawin dengan putri Walayu Galuh Mamagar Sari dan seterusnya.

"Ceritanya kelar hingga tujuh hari tujuh malam saking panjangnya," ungkapnya.

Jadi, kata Jamhar, walau pun orangtuanya balamutan, belum tentu bisa menurun sama anaknya. Terkadang orang luar bisa, asalkan punya bakat dan daya ingat kuat.

Contohnya Muhammad Maulidan yang waktu SMP belajar sama dirinya, sebentar saja bisa memukul terbang balamut yang cukup susah dan hapal salah satu ceritanya. Maulidan  mengaku belajar balamut sama pak Jamhar hanya dua hari.

"Sisanya saya belajar Balamut melalui audio visual. Alhamdulillah ada satu cerita sudah bisa saya bawakan. Cuma tidak ada permintaan tampil, saya sekarang sangat jarang berlatih Balamut," katanya.

Apalagi , sekarang ini sekolah di SMAN 7 Banjarmasin yang perlu konsentrasi belajar. "Sebenarnya saya sangat prihatin kesenian Balamut hampir punah. Mau apalagi, tidak ditampilkan Balamut, saya pun kebingungan kemana menyalurkannya," katanya.

Salah satu anak Jamhar, Gt Pansurna mengakui memang cukup sulit mempelajari kesenian Balamut. "Ceritanya cukup panjang dan pakem. Belum lagi kita harus bisa membawakan syair sambil berlagu sambil memukul terbang dan ini cukup berat," tandasnya. (banjarmasin post.co.id/syaiful anwar)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved