Kisah Masjid Jatuh di HST

Masjid Ini Jadi Tempat Berkumpulnya Pasukan Baratib Mengatur Strategi Melawan Penjajah

Masjid Al A’ala di Desa Jatuh, tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah salat lima waktu, dan kegiatan keagamaan.

Penulis: Hanani | Editor: Rendy Nicko
banjarmasin post group/hanani
Masjid Al A’la di Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan, Hulu Sungai Tengah 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Masjid Al A’ala di Desa Jatuh, tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah salat lima waktu, dan kegiatan keagamaan.

Pada zaman dulu masjid tersebut menjadi tempat berkumpulnya pasukan Barabatib, yaitu pasukan rakyat yang selalu berzikir menyebut nama Allah, setiap kali ke medan tempur.

Pasukan Baratib sendiri, dipimpin Penghulu Muda Yuda Lelana, orang yang mewakafkan tanahnya untuk membangun masjid Al’ala. Yuda Lelana juga seorang Pembina majelis talim  yang diberi nama Ainur Ridha.

Baca: Hore! Pendaftaran CPNS 2018 Diundur, BKN Bagikan Tips Mudah Akses sscn.bkn.go.id

Baca: Viral Video Mesum Mahasiswa UIN, Pihak Kampus Membenarkan

Baca: Penjelasan Polri Soal Dugaan Aktivis #2019GantiPresiden Ratna Sarumpaet Dipukuli Orang Misterius

Sebuah majelis talim tertua, yang  berperan besar dalam penyebaran Islam di Bumi Murakata, HST, hingga akhirnya bekembang ke berbagai pelosok desa lainnya.  

Seperti dikutif dari buku Panji-Panji Dakwah Islamiah, karya Syamsir Seman, Sebuah pertempuran segit pernah terjadi di Kampung Pinangin, yang berhasil menewaskan sejumlah serdadu Belanda.

Termasuk pimpinan pasukannya, Kapten Van Der Heide.  Masjid Al ‘ala sendiri ketika itu menjadi tempat mengatur siasat pertempuran dalam melakukan perlawanan terhadap  penjajah Belanda.

Baca: 58,626 Pelamar CPNS 2018 Verifikasi, Pendaftaran CPNS 2018 di sscn.bkn.go.id Diundur

Baca: Waktu Pendaftaran CPNS 2018 Diperpanjang, Ini Persyaratan & Cara Daftar di Link Sscn.bkn.go.id

Baca: Buka-bukaan Siti Badriah Soal Honor Manggung Usai Hitsnya Lagi Syantik, Kalahkan Ayu Ting Ting?

Pada perkembangannya, masjid tua yang kini usianya diperkirakan lebih dari 300 tahun lebih ini juga menjadi  pusat dakwah.

Setelah Yudha Lelana meninggal dunia, pembinaan masjid dibawah pengelolaan  putra penerusnya, yaitu Abdurrahman dan Abu Harnid (Buamid) Sekitar tahun 1290 hijriah, atau 1874 masehi hingga sekarang, masjid mengalami beberapa kali perluasan oleh HM Yusuf putera Abdulrahman, dan hingga H Dahlan , H Hasan, H  Syibeli. HM Asryad, HM As’ad dan HM Rafie yang merupakan putera dan HM Yusuf.

(banjarmasinpost.co.id/hanani) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved