Berita Kabupaten Banjar

Mengapa Orang Gampang Membunuh? Dr Ocha: Cairan di Otaknya Begini

Ternyata ada sesuatu yang tak beres dengan cairan di otak di balik begitu gampangnya seseorang melakukan kejahatan brutal seperti membunuh orang lain

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
DOKUMEN PRIBADI YANUAR SAROSA
dokter spesialis kedokteran jiwa, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum, dr Yanuar Satrio Sarosa SpKJ 

"Dia tidak bisa berpikir bagaimana efek ketika orang lain disakiti, yang ada di benak cuma keinginan untuk menyakiti seperti membunuh," sebut Ocha begitu dr Yanuar akrab disapa.

Pada otak juga ada struktur amygdalam.

Pada orang-orang yang depresi, strukturnya membesar.

Jadi gayung bersambut dengan menurunnya serotonin sehingga makin tak mampu mengontrol emosi.

Ocha mengatakan ari aspek psikologis, perilaku kekerasan merupakan kegagalan menginternalisasi sikap dalam kehidupan.

Ada degradasi moral dari perilaku kekerasan yang pernah dialami.

Ia tak mampu menjadikan hal itu sebagai pelajaran agar gak terulang.

"Nah, bagi orang-orang seperri itu, membunuh adalah upaya penyelesaian taktis. Dia tak bisa memfilter nilai susila, kesopanan, moral, agama, dan adat istiadat. Hal itu tak bisa ia integtaskkan di dalam otak," tandasnya.

Sedangkan dari aspek sosiokultural, perilaku seperti itu akibat mengristalnya nativistik, semua dinilai dengan materi dan prestasi

Kemenangan adalah segalanya.

Materi adalah indikator kesuksesan.

Siapa yang menang dia lah yang hebat, bukan siapa yang bermoral.

Mengedepankan kebanggaan terhadap diri tersebut memacu seseorang bisa langsung berbuat di luar batas ketika sedikit saja tersakiti. Apa pun bisa dilakukan demi harga diri.

Itu sebabnya banyak kasus pembunuhan yang saya baca, motifnya adalah sakit hati bukan karena hartanya yang dicuri.

Ia akan naik pitam yang teramat sangat ketika diejek atau diolok-olok.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved