Rahasia Cantik dan Kuat Penari Reog
Terungkap Perbedaan Antara Reog Zaman Dulu dan Reog Kekinian
Terungkap ini perbedaan antara Reog jaman dulu dan reog kekinian. Pada pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa
Penulis: Nia Kurniawan | Editor: Rendy Nicko
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Pada pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai Singa barong raja hutan yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan di atasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat.
Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu,
Nah, kalo sekarang. Reog modern biasanya dipentaskan pada acara istimewa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional.
Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan.
Baca: Vanessa Angel Dijemput Mobil Pelat Merah Sebelum Temui Pemesan? Pengacara Muncikari Ungkap Fakta Ini
Baca: KH Maruf Amin Hadiri Tabligh Akbar di Kalsel Jelang Pilpres 2019, Bawaslu Wanti-wanti Hal Ini
Baca: Oknum Polisi yang Jadi Dalang Penculikan Siswi SMPN 5 Banjarbaru Masih Terima Gaji dari Polri
Baca: Kemarahan Hotman Paris pada Pemilik Akun Ini, Ancam Bakal Bawa ke Proses Hukum
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar.
"Zaman dulu kalau reog mau main malamnya sebelum main disiapkan kopi manis pahit, air putih kembang, kantil rokok diserahkan dengan bacaan mantra Kejawen, saat mau main bakar kemenyan," ucap ketua kesenian reog Banjarbaru Hariyanto kepada reporter Banjarmasinpost.co.id.
Kini jelas beda, ketua seni reog Manggolo manunggal Banjarbaru ini menegaskan untuk mistis ritual sudah tidak dipertahankan karena adanya kesadaran warga dalam beragama ya g saat itu digunakan sebagai syiar Agama Islam termasuk berdirinya ponpes Gontor.
Pada reog ada penabuh gamelan terdiri Kendang, Gong, Kenong, Angklung, Trompet. Penari Jatil memakai kuda jumlah bebas menggambarkan prajurit kerajaan Bantarangin di Ponorogo. Ada pembarong memanggul dadak merak.
(banjarmasinpost.co.id/ nia kurniawan)