Habitat Orangutan Makin Terancam
Dari Jakarta, Periset ini Blusukan di Hutan HSU Mencari Orangutan, tapi Malah Menemukan ini
Ahmad Taqiyuddin jauh-jauh dari Jakarta melakukan riset orangutan di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
BANJARMASINPOST.CO.ID, AMUNTAI - Ahmad Taqiyuddin jauh-jauh dari Jakarta melakukan riset orangutan di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Dua malam blusukan di hutan dengan didampingi warga setempat dia tidak menemukan sosok orangutan, tapi macan kumbang.
Jumat (1/3) malam ini Ahmad Taqiyuddin pulang ke Jakarta.
Meski tidak berhasil menemukan orangutan di hutan Haur Gading, setidaknya dia masih bisa tersenyum karena bawa oleh-oleh berupa banyak data dari hasil risetnya siang dan malam.
Baca: Saat Akad Nikah Syahrini & Reino Barack, Tiwi Eks T2 Sebut Luna Maya Berada di Tempat yang Mulia Ini
Baca: Orang Terdekat Sebut Syahrini dan Reino Barack Lanjut Berbulan Madu, Mantan Luna Maya Ditunggu Ini
Baca: Syahrini dan Reino Barack Mulai Buka-Bukaan Pernikahan Mereka, Tapi Eks Luna Maya Posting Ini
Baca: VIRAL Pendeta Hidupkan Orang Mati, Pengelola Pemakaman Marah, yang Terjadi Selanjutnya Bikin Miris
“Belum dapat orangutannya. Kami malah ketemu macan kumbang. Sayangnya, belum sempat difoto malah lari karena si macan kumbangnya kaget,” kata Taqi –sapaan akrabnya, Kami (28/2).
Taqi dari Epistema Institute, sebuah lembaga riset di Jakarta.
Lembaga legal ini sejak Oktober 2017 sudah menjalin kerja sama dengan Badan Restorasi Gambut (BRG).
Taqi menjelaskan, warga yang mencari kayu di hutan sempat melihat ada orangutan betina menggendong anak.
“Dilacak dan dicari ternyata sulit ditemukan. Tapi setidaknya saya sudah mengantongi koordinat satwa-satwa di hutan itu. Juga menemukan rangkong (enggang) paruh putih, lumayan banyak,” ujarnya.
Taqi mengaku ekosistem yang dia temukan luar biasa.
Dia menyaksikan langsung tanda-tanda keberadaan orangutan.
Ada berupa sarang, bekas makanan dan kotoran.
“Dari keterangan warga, ekosistem cantik itu terancam sawit . Keterangan warga, beberapa kali kepala desa didatangi pihak perkebunan sawit agar bisa melepas lahan. Warga desa tetap mempertahankannya, ini ancaman bagi ekosistem. Tanpa kecuali orangutan,“ ujarnya.
“Apalagi dari pengamatan saya terpantau ada sejumlah titik patok yang informasinya milik perusahaan minyak. Belum diketahui pasti patok-patok itu apakah baru survei atau memang sudah berizin,” katanya menceritakan kondisi di Desa Haurgading, Amuntai Selatan, itu.
Kepala Desa Ambahai, Udin, mengatakan hutan yang tak jauh dari perairan Desa Ambahai memang sangat luas.
Warga yang mencari ikan atau menggembala kerbau rawa biasanya melihat beberapa hewan seperti monyet dan bekantan.
“Namun untuk orangutan belum pernah ada yang melihat atau mendapatkan informasi ada yang pernah melihat. Kalau bekantan pernah melihat beberapa kali, monyet juga sering,” ujarnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/bpost-edisi-cetak-jumat-132019.jpg)