Berita Banjarmasin
Kisah Perajin Atang Kuburan dari Kayu Ulin Banjarmasin, Koiri Dapat Pesanan hingga dari Pulau Jawa
Salah satu hasil kreasi dari kayu ulin adalah atang. Fungsi atang mirip dengan kijing berbahan semen pada penutup makam-makam masyarakat di Pulau Jawa
Penulis: Amirul Yusuf | Editor: Elpianur Achmad
BANJARMASINPOST.CO.ID - Penghasil kayu bermutu tinggi dengan jumlah melimpah, sejak lama sudah melekat dengan Pulau Kalimantan. Sebagaimana kayu ulin, meski makin langka, berbagai hasil olahannya terus dimanfaatkan, baik untuk kotruksi bangunan, kapal, maupun olahan perapot.
Salah satu hasil kreasi dari kayu ulin adalah atang. Fungsi atang mirip dengan kijing berbahan semen pada penutup makam-makam masyarakat di Pulau Jawa. Bedanya, kalau kijing semen akan menutup semua permukaan makam. Sedangkan atang yang berbahan kayu ulin ini hanya sekedar memberi batas tanah makam saja, permukaan makam yang berupa tanah pun masih terlihat jelas karena sama sekali tidak tertutup.
Perajin atang dapat kita temui di pinggir Jalan Pierre Tendean, Banjarmasin, di antaranya adalah Koiri (51). Lelaki paruh baya tersebut adalah salah satu perajin yang eksis sejak puluhan tahun silam.
Sebelum membuka usahanya sendiri, Koiri sempat ikut bekerja dengan perajin atang lainnya selama 10 tahun. Kini, Koiri berhasil menjalankan usahanya dan mampu mempekerjakan satu orang sebagai anak buahnya.
Merintis usahanya hingga seperti sekarang tidaklah mudah. Beberapa kali tangannya harus terluka karena terkena tajamnya mesin pemotong saat membuat atang.
Baca: Video Viral, Wanita Cekoki Balita dengan Miras: Orang Lain Kasih Susu, Saya Kasih Bir
Tak hanya itu, pengalaman pahit saat ditipu salah satu pelanggan kepercayaannya pun pernah ia alami. “Dia itu beberapa kali beli di sini dan lancar pembayarannya, namun pas terakhir tiba-tiba mandek,” jelasnya, Minggu (12/5/2019).
Koiri menjelaskan bahwa pelanggan itu meminta penangguhan waktu untuk membayar sebagian biaya pembuatan atang pesanannya. Kenyataannya, pelanggan tersebut tidak kunjung datang untuk membayar dan tidak dapat dihubungi. “Nomornya sudah tidak aktif, saya pun bingung karena tidak tahu alamat rumahnya,” keluh Koiri.
Atang buatan Koiri tak hanya diminati pelanggan asli banua, tetapi juga mendapat pesanan dari pelanggan di Kalimantan Tengah hingga Pulau Jawa.
Atang dari kayu ulin memiliki penggemar sendiri. Menurutnya atang kayu ulin lebih awet dibandingkan kayu lainnya, serta lebih ringan dari semen atau batu menjadikannya mudah untuk dibawa.
Koiri bersama anak buahnya mampu membuat dua atang per harinya. Ia juga turut membuat ventilasi dan pagar dari kayu ulin. Ia turut menyediakan aneka motif ukiran atang, serta menerima pesanan khusus motif sesuai keinginan pelanggan. “Kalau motif yang dipesan khusus dan tergolong rumit, maka tentu harganya berbeda,” terangnya.
Harga atang buatan Koiri dipatok seharga Rp 450-600 ribu tergantung ukuran dan kerumitan, sedangkan pagar atangnya dihargai senilai Rp 2.800-3.500 per satuannya.
Walaupun bahan baku kayu ulin yang didapatnya dari Lianganggang pernah mengalami kenaikan, Koiri tetap mempertahankan harganya agar pelanggan tidak kabur.
Baca: Misteri Menghilangnya Prada DP yang Diduga Memutilasi Fera Oktaria, Kabur dari Pendidikan Militer
“Pasokan ulin selama ini lancar saja, tetapi saat harganya sedikit naik, saya mengalah saja kepada konsumen dengan tidak menaikkan harga,” jelasnya.
Dari satu atang yang terjual, Koiri mampu meraup untung ratusan ribu rupiah.
Saat disinggung mengenai keuntungan, di Bulan Ramadan ini ia mengakui mengalami penurunan pendapatan dibandingkan bulan-bulan biasanya.
“Bulan ramadan ni kan banyak pengeluaran, jadi orang-orang membeli atang biasanya sebelum bulan Ramadan,” jelasnya. (Amirul Yusuf)