Berita Batola
Akui Daerah Endemis Tungro, Kadis Pertanian Batola Berikan Tips Praktis Bagi Petani Atasi Tungro
Seluas 113 hektar lahan pertanian dari luas tanam 105.000 (105 ribu) hektar di Kabupaten Batola terserang penyakit tungro.
Penulis: Edi Nugroho | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID - Seluas 113 hektar lahan pertanian dari luas tanam 105.000 (105 ribu) hektar lebih atau sekitar kurang dari 1 persen lahan di Kabupaten Batola terserang penyakit tungro.
Mengatasi serangan Tungro ini, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Batola memberikan sosialisasi tindakan penanganan penyakit ini.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Batola, Murniati, Kamis (5/9/19), cara efektif mengendalikan virus tungro yakni dengan penggunaan benih padi bermutu, waktu tanam serempak dan memperhatikan jadwal tanam dengan pengembangan populasi wereng, serta melaksanakan budidaya tanam sehat.
Dijelaskan Murniati, penyakit tungro disebabkan oleh virus yang nemang tidak ada obatnya sampai sekarang.
Baca: Kebutuhan Air Sehari 86 Ton, RS Andi Abdurrahman Noor Tanahbumbu Alami Krisis Air Bersih
Baca: Thailand Larang Pelajar Putri Pakai Seragam Sekolah Mini, Denda Rp 13 Juta dan Penjara Ancam Ortu
Baca: Sempat Dikira Punah, Terekam Video Badak Kalimantan Bermain di Habitat Aslinya di Mahakam Ulu Kaltim
Baca: Kehidupan Barbie Kumalasari di Amerika Dibahas Boy William, Ini Jawaban Istri Galih Ginanjar
Cara pengendaliannya dengan cara eradikasi tanaman terserang dan pengendalian wereng hijau sebagai vektor pembawa penyebaran penyakit untuk mengurangi luas serangan.
Diakui Murniati, Kabupaten Batola memang endemis penyakit Tungro. Namum sifat spot-spot, seperti di Kecamatan Rantau Beduh, Barambai, dan Jejangkit. Dalam satu kawasasan padi, paling hanya beberapa meter yang terkena serangan tunggro.
“Meski beberapa meter saja, namun padi yang terkena tungro ini harus dikendalikan agar tak meluas,” katanya.
Murniati menegaskan untuk mengendalikan serangan tungro perlu peran serta petani untuk monitor pertanaman padi sejak persemaian khususnya dari lacakan agar penyakit dapat dikendalikan dengan jalan mencabut tanaman di lacakan agar jangan ditanam.
“Bibit yang terserang tunggro dan tidak dicabut akan berakibat memperluas tanaman terserang tungro,” katanya,
Ditambahkan Ibnu Medio Ginting, Kasi Perlindungan Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Batola. Dari luasan 133 hektar ini hanya terserang tunggro, bukan puso sehingga masih bisa panen. Untuk luas tanam pertanian di Batola itu 105 ribu hektar lebih.
Dijelaskannya, dari laporan POPT (petugas pengamat organisme pengganggu tanaman, di kecamatan Alalak lahan pertanan yang terkena tungro mencapai 44 hektar, lahan pertanian kecamatan Mandastana mencapai 24 hektar, lahan pertanian Kecamatan Jejangkit mencapai 16 hektar dan lahan pertanian Kecamatan Bakumpai mencapai 9 hektar dan lahan pertanian Kecamatan barambai mencapai 9 hektar
“Sisanya tungro menyerang padi di kecamatan lain kecuali Kecamatan Wanaraya, Tamban dan Kuripan” katanya. (Banjarmasinpost.co.id/nugroho)
