Yasan Adaro Bangun Negeri
Tuti dan YABN Ajak Masyarakat Kelola Sampah Lebih Baik
Tuti dan YABN Ajak Masyarakat Kelola Sampah Lebih Baik Sejak puluhan tahun lalu
BANJARMASINPOST.CO.ID - Tuti dan YABN Ajak Masyarakat Kelola Sampah Lebih Baik
Sejak puluhan tahun lalu hingga saat ini pengelolaan sampah masih menjadi salah satu permasalahan yang terus bergulir di Indonesia, berdasarkan riset terbaru Sustainable Waste Indonesia (SWI) sebanyak 24 persen sampah di Indonesia tidak terkelola dengan baik.
Hal tersebut berarti dari 65 juta ton sampah yang dihasilkan di Indonesia setiap hari, 15 juta ton tidak dapat ditangani dan berpotensi mencemari ekosistem dan lingkungan.
Permasalahan sampah memang bukan semata urusan pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dalam ruang lingkup pengelolaan lingkungan saja.
Upaya untuk melakukan perbaikan dalam pengelolaan lingkungan terus dilakukan, salah satunya di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
Melalui Gerakan Tabalong Bersih dan Hijau, serangkaian agenda dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana cara pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.
Fokus kegiatan berupa pembentukan pemahaman bagi masyarakat bagaimana mengolah hingga memilah sampah rumah tangga dan warga yang dihasilkan setiap harinya.
Melalui bidang lingkungannya, Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) ikut serta dalam melakukan perubahan dilingkungan.
Serangkaian pendampingan dan sosialisasi diberikan kepada masyarakat desa dan komplek melalui pengenalan cara pemilahan sampah hingga jenisnya.
Terhitung sejak tahun pertama program berjalan ada 5 desa yang mengalami perubahan pasca rutin mendapat pendampingan, dengan keanggotaan pengelola lingkungan yang dibentuk oleh kader desa sebagai penggerak.
Perubahan perilaku masyarakat Desa Jangkung, Desa Kuranji, Desa Kambitin Raya, Desa Warukin dan Komplek Maluyung Kabupaten Tabalong mulai terlihat dengan berkurangnya sampah berserak dan dibentuknya bank sampah di setiap desa.
Tuti Mardiani, Ketua Bank Sampah Anggrek Desa Kuranji Kabupaten Tabalong contohnya, setelah menjalankan program, masyarakat dilingkungannya mulai tergerak untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Hampir setiap hari nasabah datang untuk menyetorkan sampah rumah tangga yang dihasilkan.
Menurutnya masyarakat semakin sadar dengan mulai memilah sampah dan mulai aktif menjadi nasabah tetap bank sampah yang ada di daerahnya, secara perlahan nasabah mulai merasakan manfaat ekonomi dari penjualan sampah yang dilakukan.

“Setiap bulannya setidaknya hampir setengah ton sampah yang masuk ke bank sampah anggrek untuk ditimbang dan kemudian dijual kembali ke pengepul. Dari sini tentu secara tidak langsung masyarakat sudah membantu mengurangi sampah yang dikirimkan ke TPA dan memanfaatkannya sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomi sebelum akhirnya di daur ulang," katanya.
Kesuksesan dalam menjalankan program dicoba kembangkan Tuti dan YABN di sejumlah desa lain, 5 lokasi baru yakni Komplek Bougenvile, Desa Garunggung, Desa Karangan Putih, Desa Puaini Kiwa dan Desa Gunung Sari ditetapkan daerah sasaran baru program desa bersih dan hijau.
“Hari ini kami kembali melakukan sosialisasi ke desa sasaran baru dengan tujuan memberikan edukasi awal bagi masyarakat melalui forum diskusi langsung. Penjelasan tentang jenis sampah dan cara pengelolaannya secara langsung kepada masyarakat dan pembentukan keanggotaan program” Ungkap Tuti.
