Berita Jakarta

Jelang Seleksi CPNS 2019, Jimat Agar Peserta Sukses Jalani Tes Banyak Dijual, Ini Kata Budayawan

Saat pelaksaan tes seleksi penerimaan CPNS beberapa waktu lalu, banyak hal-hal unik yang ditemui panitia seleksi dari para peserta tes CPNS.

Editor: Elpianur Achmad
banjarmasinpost.co.id/ibrahim ashabirin
Tubuh peserta tes CPNS 018 di Tapin diperiksa secara teliti sebelum memasuki ruang tempat pelaksanaan tes. 

Keberadaan jimat itu diketahui saat petugas menggeledah peserta CPNS.

Seperti diwartakan Kompas.com (16/11/2018) lalu, Kepala Kepegawaian Negara (BKN), Bima Haria Wibisana mengatakan, peserta yang memebawa jimat tetap dapat mengikuti seleksi.

Hanya saja jimat yang dibawa peserta harus dilepas.

Kemudian peserta juga tidak diizinkan membawa jimat ke ruang tes.

Terkait hal ini, Pengamat Budaya dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dr Sunu Wasono angkat suara.


Tim Panselda CPNS Kabupaten Madiun melakukan pemeriksaan terhadap peserta tes yang akan masuk ke ruang ujian. ((Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi))

Menurutnya, Fenomena penggunaan jimat tersebut terjadi lantaran tingginya persaingan agar dapat diterima sebagai CPNS.

"Nah, saking ketatnya, barangkali orang mencari cara-cara yang sifatnya sebetulnya tidak rasional, cara-cara bantuan dukun dan lain sebagainya. Tapi, itu memang sekarang kan ada kecenderungan orang untuk memanfaatkan hal-hal yang ghaib ya, yang tidak masuk akal itu untuk tujuan-tujuan praktis," tutur Sunu saat dihubungi Kompas.com, Minggu (10/11/2019).

Menurut Sunu, dalam konsepsi orang Jawa, jimat-jimat disebut sebagai piandel, yaitu pegangan agar lebih mantap.

Ia menilai bahwa mungkin ada nilai sugestif tersendiri yang agak sulit untuk dibuktikan pengaruhnya.

"Tapi yang menurut saya sih, tidak ada pengaruhnya itu. Artinya, orang tidak tiba-tiba jadi pintar karena menggunakan jimat dan sejenisnya itu. Hanya sugestif saja, saya kira. Jadi, seakan-akan dengan pegang itu, ada jalan," tambah Sunu.

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Sosiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Bagong Suyanto.

Bagong mengatakan, menggunakan jimat adalah sebagai tindakan yang non rasional.

Menurutnya, setiap manusia bila menghadapi ketidakpastian, bisanya akan menuju ke hal-hal yang non rasional tersebut.

Non rasional menurut Bagong adalah mencari penyelesaian diluar tindakan yang masuk akal atau rasional.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved