Berita Regional

Pabrik Tahu di Indonesia Disoroti Media AS New York Time, Asap Pembakaran Plastik Mengandung Racun.

Di sana, lebih dari 30 perusahaan tahu menggunakan campuran plastik dan kertas sebagai bahan bakar, dengan sebagian besar datang dari AS.

Editor: Elpianur Achmad
(KOMPAS/RUNIK SRI ASTUTI)
Pekerja mengambil sampah plastik impor untuk bahan bakar tungku pemasak kedelai pada industri tahu di Desa Tropodo, Sidoarjo, Selasa (18/6/2019). 

Kalangan pemerhati pun meminta Presiden Jokowi menangani kontaminasi racun, termasuk polusi udara serta kontaminasi merkuri.

Juli lalu, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LKHK) Rosa Vivien Ratnawati berkunjung ke Tropodo.

7 Fakta Suami Istri Tewas Ditabrak Saat Bergandengan Tangan, Ulah Pelaku Main HP buat Geram Warga

Di sana, dia mengakui bahwa plastik yang dibakar dapat menimbulkan racun. Dia kemudian menyatakan bakal mencari tahu bagaimana asap dari pembakaran plastik bisa dikendalikan.

"Jika plastik yang digunakan sebagai bahan bakar tidak dipermasalahkan, seharusnya ada penanganan bagaimana polusinya," tuturnya.

Saat dihubungi The Times pekan lalu, Rosa menolak membahas isu tersebut, dan meminta supaya didiskusikan kepada Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Karliansyah.

Tetapi, yang bersangkutan tidak memberikan respons. Banyak dari warga Tropodo mengaku tidak berdaya untuk mencegah pembakaran sampah plastik tersebut.

Para pembuat tahu di Tropodo mengungkapkan, mereka berpindah dari plastik ke kayu bakar sejak bertahun-tahun yang lalu.

Nanang Zainuddin misalnya, Dia mengaku menggunakan plastik karena murah. Bahkan dia mengungkapkan harganya sepersepuluh dari kayu bakar.

Dia berkata, dioxin bisa datang dari mana saja. "Jika pemerintah berniat untuk memberikan solusi, tentu akan bagus sekali," terangnya.

Mantan kepala desa Tropodo Ismail yang juga produsen tahu menuturkan, dia sempat melarang penggunaannya pada 2014 silam.

Tetapi larangan itu hanya bertahan selama beberapa bulan sebelum mereka beralih ke plastik. Adapun dia menggunakan campuran plastik serta kayu bakar.

"Para pembuat tahu di sini hanya mencari untung, untung, dan untung. Mereka tidak memperhitungkan akibat dari perbuatan mereka," paparnya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved