Berita Kabupaten Banjar
Tim Pengabdian Masyarakat FK ULM Temukan Masalah ini Pada Remaja Putri Desa Padang Panjang
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun.
Penulis: Nia Kurniawan | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun.
Permasalahan gizi pada remaja pada umumnya meliputi kelebihan berat badan, anemia dan kurang energi kronis (KEK).
Remaja putri memiliki risiko lebih tinggi terkena anemia dibanding putra.
Hasil survey di Kabupaten Banjar menunjukan bahwa remaja putri yang mengalami.
Masalah gizi merupakan masalah yang penanganannya harus dilaksanakan secara terpadu dengan berbagai sektor, bukan hanya dengan pendekatan medis.
• Keuangan & Karir Syahrini Merosot Tajam pada Tahun Depan Disebut Sosok Ini, Istri Reino Tegaskan Ini
• Kumpulan ucapan Selamat Tahun Baru 2020 untuk Status WhatsApp, Instagram & Sosmed Lainnya
• Foto Penampakan Saat Puncak Gerhana Matahari Cincin 2019 di Nias dan Singkawang, BMKG Posting Ini
Salah satu masalah gizi yaitu kekurangan energi kronis dan anemia yang menjadi salah satu perhatian dari Universitas Lambung Mangkurat.
Salah satunya melalui program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
Tim Pengabdian Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM yang beranggotakan Atikah Rahayu, SKM, MPH, Dian Rosadi, SKM, MPH, Vina Yulia Anhar, SKM, MPH, Andini Octaviana Putri, SKM, M.Kes, Nur Laily, SKM, M.Kes, dan Lia Anggraini, SKM mengadakan program pengembangan desa mitra di Desa Padang Panjang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar.
"Berdasarkan hasil observasi pada remaja putri di Desa Padang Pajang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, sebagian besar remaja putri mengalami KEK (kekurangan energi kronis) dengan lingkar lengan atas (LiLA),"ucap Atikah mewakili Tim Pengabdian Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM.
Berdasarkan hasil observasi kejadian anemia pada remaja putri sebagian besar kadar Hb tidak normal yaitu sebanyak 57,1% (32 orang dari 56 orang).
Sedangkan Hb normal remaja putri 42,9%.
Anemia dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas.
Dampak anemia pada remaja putri yaitu pada masa pertumbuhan mudah terinfeksi, kebugaran tubuh berkurang, semangat belajar dan prestasi menurun, sehingga pada saat akan menjadi calon ibu dengan keadaan berisiko tinggi.
Kegiatan yang dilakukan berupa model pemberdayaan masyarakat khususnya pada remaja putri dengan pembentukan pojok remaja, peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja putri agar secara mandiri mampu menangani permasalahan kejadian anemia dan KEK dan mampu memanfaatkan pangan lokal yang ada untuk membuat menu seimbang, serta berdirinya pojok remaja yang merupakan suatu wadah sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan anemia dan kekurangan energi kronis.
Hasil kegiatan diantaranya remaja yang diberikan penyuluhan, konseling, pelatihan, serta pengukuran status gizi pada kegiatan awal program terlihat antusias dengan materi yang diberikan.
Hal ini dilihat dengan adanya feed back dari remaja tentang materi penyuluhan dan pelatihan mengenai status gizi remaja.
"Hasil kegiatan dikatakan berhasil karena 80 persen remaja datang menghadiri kegiatan serta adanya peningkatan pengetahuan dan sikap yang didapat dari pre test dan post test. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan ini, "kata dia.
Dikatakannya lebih lanjut, dibutuhkan upaya pengembangan lebih lanjut model pemberdayaan pora (pojok remaja) pada remaja putri yang meliputi penyuluhan gizi, pengukuran LILA remaja putri, dan konseling gizi. Pojok remaja sebagai pencegahan KEK pada remaja putri diikuti dengan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) remaja putri.
Remaja putri yang mengalami KEK dan anemia diberikan konseling gizi dan penyusunan menu seimbang yang bervariasi untuk makanannya, berikutnya dilakukan pemantauan status gizi secara berkelanjutan melalui rapor kesehatan remaja putri untuk menyelesaikan permasalahan gizi remaja dan monitoring serta evaluasi dari guru konseling yang menjadi fasilitator dalam kegiatan ini.
(banjarmasinpost.co.id/niakurniawan)
