Anak Berkebutuhan Khusus
Lulusan SMPN 14 Sudah Banyak yang Mandiri, Begini Cara Sekolah Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus
Ketua Pengelola Kegiatan Inklusi SMPN 14 Banjarmasin, Zulfiah Dewi Artati, mengatakan di sekolahnya ada 13 Guru Pembimbing Khusus (GPK) untuk
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Ketua Pengelola Kegiatan Inklusi SMPN 14 Banjarmasin, Zulfiah Dewi Artati, mengatakan di sekolahnya ada 13 Guru Pembimbing Khusus (GPK) untuk membimbing 30 ABK.
"Perbandingannya satu guru GPK membimbing dua atau tiga siswa ABK per kelas," tandas kuru PKn ini.
Ditambahkan Zulfiah, sekolahnya sudah menerima ABK sekitar 2013.
ABK yang diterima antara lain autis, tunarungu, slow leaner, tunadaksa dan tuna laras.
"Alhamdulillah, ABK yang lulus dari sini ada yang pengusaha pertanian, pramusaji dan lainnya,” kata Wakasek Kurikulum SMPN 14 Banjarmasin ini.
• Arin dan Ghaida Memang Bukan Anak Normal tapi Jangan Remehkan Prestasi ABK ini
• Jadi Relawan di Lombok, Ervin Baru Sekali Seumur Hidup Merasakan Fenomena Gempa Bumi
• Syahrini Berduka, Nikita Mirzani Sentil Anies Baswedan Akibat Banjir Jakarta di Tahun Baru 2020
• Sosok Sri Wahyuni, Calon Menantu Cristiano Ronaldo, Cek Foto Penampakan Gadis yang Dilamar Martunis
Menurutnya, keberhasilan mendidik anak-anak berkebutuhan khusus tak lepas selalu menanamkan kepercayaaan diri, kemandirian dan keyakinan yang kuat pada Yang Maha Kuasa.
Zulfiah berharap Pemko dan Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin memberikan kesempatan bagi anak inklusif untuk berkarya dan mengembangkan potensi melalui lomba atau pelatihan terstruktur dengan tenaga ahli.
"Apalagi sekarang sekolah kami dipimpin Pak Aminsyah yang juga tokoh pendidikan inklusi sejak beliau mengajar di SMAN 8. Beliau sangat mendukung," tandasnya.
Zulfiah juga menerangkan siswa reguler dan ABK dapat bersosialisasi dengan baik.
"Meski pun pada awalnya penerimaan anak inklusi menuai pertanyaan dari orangtua siswa reguler. Seiring waktu mereka bisa memahami," ucapnya.
Mengenai teknik mengajar ABK, menurut Zulfiah, tidak ada dukanya.
Kendala hanya karena secara mereka bukan guru pendidikan khusus.
"Jadi, kami harus belajar, banyak baca buku, belajar dari para narasumer inklusi, mahasiswa Pendidikan Luar Biasa Universitas Lambung Mangkurat yang magang, orangtua siswa ABK dan berbagai pihak. Merupakan sebuah kepuasan bathin, ketika kami mampu melihat perubahan yang terjadi pada siswa inklusi. Sekecil apa pun perubahan itu, sudah luar biasa, karena bukan kemampuan akademik yang diharapkan namun lebih pada kemampuan bina diri dan keterampilannya," tandasnya.
Kepala SMPN 14 Banjarmasin, Aminsyah mengatakan siswa inklusi tetap digabung dengan anak reguler dalam proses belajar.
"Namun, mereka perlu guru pendamping khusus untuk mendukung proses pembiasaan belajar dengan anak lainnya," tandasnya.