Aksi Dokter Kalsel saat Gempa Lombok
Jadi Relawan di Lombok, Ervin Baru Sekali Seumur Hidup Merasakan Fenomena Gempa Bumi
Turun sebagai relawan ke daerah bencana saat bencana Gempa Lombok Tahun 2018 silam, dokter muda asal Banjarmasin yang saat itu masih merupakan
Penulis: Achmad Maudhody | Editor: Didik Triomarsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Turun sebagai relawan ke daerah bencana saat bencana Gempa Lombok Tahun 2018 silam, dokter muda asal Banjarmasin yang saat itu masih merupakan mahasiswa kedokteran, M Ervin merasakan pengalaman yang tidak terlupakan.
Tiba di Mataram pada 13 Agustus 2018 dan selanjutnya bertugas di Rumah Sakit Lapangan di Kabupaten Lombok Utara, ada ratusan pasien korban gempa yang dibantu dirawatnya bersama para dokter dan perawat di sana.
Membantu merawat pasien para korban bencana adalah hal baru baginya, namun yang tak kalah diingatnya adalah pengalaman merasakan gempa.
• Sosok Sri Wahyuni, Calon Menantu Cristiano Ronaldo, Cek Foto Penampakan Gadis yang Dilamar Martunis
• Sehari Layani 100 Hingga 150 Pasien di Rumah Sakit Lapangan Lombok, Begini Mental Relawan Kalsel
• Begini Kisah Dokter Muda Asal Kalsel Saat Terjun Jadi Relawan Ketika Bencana Gempa Lombok
Pasalnya, selama menjadi relawan, Ervin dan para relawan lainnya juga merasakan ratusan gempa kecil dan beberapa gempa besar selama berada di Lombok.
"Di hari terakhir saat berada di posko sebelum kembali ke Banjarmasin, kami merasakan gempa cukup besar dan akhirnya juga hanya berani tidur di pinggir jalan pakai sleeping bag karena khawatir gempa besar terjadi lagi," terangnya.
Lahir dan besar di Banjarmasin, Kalsel, Ervin mengaku juga ikut merasakan sedikit trauma begitu kencangnya goncangan gempa yang belum pernah dialaminya.

"Waktu itu jadi pengalaman pertama juga merasakan langsung goncangan gempa, sebelumnya tidak pernah sama sekali," kata Ervin.
Benar saja, dari catatan BMKG, disamping gempa-gempa yang kekuatannya relatif lebih kecil, tercatat gempa-gempa susulan yang terjadi di Lombok baik yang dirasakan maupun tidak adalah lebih dari 2000 kejadian. (Banjarmasinpost.co.id/Achmad Maudhody)