Wabah Corona di Kalsel

VIDEO Setok Daging Sapi/Ayam di Banjar Berlimpah, Harga Merosot Sejak Corona Mewabah

Sejak munculnya wabah covid-19, serapan atau konsumsi ayam ras berkurang secara drastis, lebih dari setengahnya.

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Mewabahnya virus corona atau covid-19 tak berpengaruh terhadap produksi dan ketersediaan bahan pangan hewani dari sektor peternakan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel).

"Saat ini di Banjar malah berlimpah, terutama daging ayam ras. Ini karena produksi normal, tapi permintaan susut secara drastis sejak adanya covid-19," ucap Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan (Disnakbun) Banjar Dondit Bekti Agustiono, Kamis (9/4/2020).

Dikatakannya produksi ayam ras per siklus (panen) tak kurang dari 350 ribu ekor.

Sementara itu serapan pasar atau konsumsi masyarakat di Banjar selama ini pada kondisi normal hanya sekitar 70 persen.

VIDEO TNI dan Polri di Kotabaru Bagi Sembako ke Warga Terdampak Covid-19

VIDEO RSJ Sambang Lihum Tiadakan Droping dan Penjemputan Selama Wabah Covid-19

Sejak munculnya wabah covid-19, sebut Dondit, serapan atau konsumsi ayam ras berkurang secara drastis, lebih dari setengahnya.

Kondisi ini langsung berimbas pada harga yang terjun bebas karena hukum ekonomi selalu terjadi ketika antara supply and demand tak imbang.

"Saat ini harga daging ayam ras di kandang hanya Rp 9-14 ribu per kilogram dan Rp 14 ribu di pasaran. Padahal sebelumnya saat kondisi normal (sebelum adanya covid-19) mencapai Rp 19-22 ribu di kandang dan Rp 24-25 ribu di pasar," sebut Dondit.

Namun meski harga terjun bebas, tapi para peternak tidak terlalu terdampak.

Pasalnya mereka semua bermitra dengan perusahaan ayam potong.
Jadi, peternak tetap mendapatkan harga sesuai kontrak awal.
"Paling risikonya karena penjualan di bawah target, peternak tak dapat bonus. Dalam kondisi seperti ini pihak perusahaannya yang terkena imbas secara langsung," kata Dondit.

Karena itu pihaknya akan segera melakukan pertemuan dengan pihak perusahaan ayam potong (inti) dengan para peternak (plasma).

Tujuannya untuk menjaga keberlangsungan ketersediaan ayam potong di Banjar.

"Terus terang kami risau juga kalau kondisi seperti ini terus berlangsung, ada kemungkinan peternak meninggalkan kandang. Lebih merisaukan lagi kalau pihak inti menyetop produksi. Tapi, insha Allah hal demikian tak terjadi karena meski susut drastis konsumsi daging ayam tetap ada," tandasnya.

Di kalangan peternak pun mereka tentu juga tak akan membiarkan kandang menjadi mangkrak dan rusak.

Apalagi bagi peternak yang hanya menggantungkan penghasilan dari usaha tersebut.

Bagaimana dengan ketersediaan daging sapi? Dondit mengatakan tak ada masalah.

Ini dikarenakan sapi merupakan satwa berumur panjang sehingga ketika misalnya permintaan konsumsi menurun drastis, pemiliknya dapat menunda pemotongan.

Kondisi itu jauh berbeda dengan ternak ayam yang berusia pendek yakni 35-40 hari.

Ketika telah tiba masa panen (pemotongan) maka harus segera dipasarkan karena jika tidak risikonya harga jual turun.

Risiko kematian juga tinggi setelah usia ayam menua.

Lebih lanjut ia menyebutkan secara statistik hingga rentang tiga bulan ke depan, ketersediaan daging ayam ras sebanyak 16.806.150 ekor atau 14.285 ton.

Sementara untuk sapi sebanyak 18.667 ekor atau setara 3.273 ton.

Kerbau sebanyak 2.343 ekor atau setara 405 ton, kambing sebanyak 11.833 ekor atau 120 ton, telur itik 2.643 ton, telur ayam 2.124 ton, susu sapi 10.800 liter, dan susu kambing 162 liter.

(banjarmasinpost.co.id/Idaroyani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved